Get me outta here!
Showing posts with label Pernik Islami. Show all posts
Showing posts with label Pernik Islami. Show all posts

Idul Fitri 1441 H: Lebaran yang Berbeda



Halo semuanya.. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah.. 

َقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ, وَأَحَالَهُ اللَّهُ عَلَيْك
Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik
"Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu"

Sudah beberapa bulan ini wabah melanda negeri ini, oh.. bukan hanya negeri ini yang ini berjuang tapi seluruh dunia tengah berjuang melawan Covid-19 ini. Kira-kira hampir tiga bulan kita belajar mengisolasi diri dari dunia luar. Belum juga mereda, justru semakin parah korban berjatuhan. Apalagi saat lebaran hampir tiba, ketika pemerintah melonggarkan peraturan, alat transportasi udara diperbolehkan untuk beroperasi, pusat perbelanjaan seperti mall kembali dibuka. Yah namanya juga mau lebaran ya, pada mudik dan beli baju lebaran. Sebenarnya bukan sepenuhnya salah pemerintah, kesadaran dari masyarakat itu sendiri yang kurang.

Selamat Tahun Baru Masehi 2018!


Selamat tahun baru 2018 bagi kalian yang merayakan. Yey ^^,

Dan seperti tahun sebelumnya juga, alhamdulillah aku ngga merayakan tahun baru masehi ini dengan gegap gempita kembang api, bakar-bakaran, begadang dan lain sebagainya. Dan maaf, mungkin tulisan kali ini agak sedikit menyinggung kalian yang merayakan, gomeeennn :(

Kenapa menyinggung? Karena secara ngga langsung aku mau bilang kalau perayaan tahun baru masehi yang hura-haru itu sebenarnya bisa diganti dengan sesuatu yang lebih positif. Lebih positif lho ya, ada kata “lebih”nya, karena memang perayaan seperti itu mungkin ada positifnya, positif bikin happy, dan lain-lain. Dan tentunya diatas itu pasti ada hal yang lebih positif lagi. Apa ya misalnya? Yah.. kalian pasti tahulah bisa diganti apa, aku yakin kalian udah gede bisa mikir, haha.

Nih.. aku kasih pancingan. Kalau perempuan, keluar malam itu sudah ngga baik, apalagi tengah malam.  Bahaya! Disamping karena “perempuan”, nanti bisa menjadi korban syaitan, begadang itu ngga menyehatkan, dan yang paling penting adalah begadang bukan hal yang disukai Rasulullah. Mending bobok, abis itu shalat malam, shalat witir, berdoa. Aku jungkir balik untuk menghidupkan kebiasaan tidur jam 9 malam, tapi kenapa kalian malah berusaha melek sampai pagi? Ngga cuma perempuan sih, laki-laki pun sebaiknya ngga begadang deh. Seperti kata bang Roma, begadang jangan begadang~ Karena tiada artinyaaaaa~~ *malah keterusan nyanyi*

Apakah Semua Agama Sama??


Apakah setiap agama itu benar-benar sama?? Ada persamaannya, yaitu sama-sama suatu agama. Tetapi masing-masing agama tentu saja berbeda-beda. Setidaknya, berbeda tata cara ibadahnya, berbeda kitab sucinya, dan berbeda hal-hal lainnya meskipun ada sisi kesamaan tertentu diantaranya. Jika semua agama menuju Allah yang sama, keyakinan ini tentu harus punya banyak persamaan dalam ajaran, cara menggambarkan Allah, dan penjelasan tentang maksud-tujuan Allah.

Anggapan-anggapan bahwa semua agama itu sama sudah ada semenjak dahulu. Orang-orang musyrik jahiliyyah memiliki keyakinan demikian, sehingga pernah menawarkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk mempersatukan agama mereka dengan agama Islam. Hal itu ditolak dengan tegas di dalam surat Al-Kâfirûn, yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad.

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُ‌ونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦

Artinya:
Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, (1)
 Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. (2)
Dan kamu bukan penyembah Rabb yang aku sembah. (3)
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, (4)
dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Rabb yang aku sembah. (5)
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku". (6)
(QS. Al Kafirun: 1-6)

Dalam sudut pandang Islam, sikap menghargai dan toleran kepada pemeluk agama lain adalah mutlak untuk dijalankan, sebagai bagian dari keberagaman (pluralitas). Namun anggapan bahwa semua agama adalah sama tidak diperkenankan, dengan kata lain tidak menganggap bahwa Tuhan yang Islam sembah adalah Tuhan yang non-Islam sembah.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa melarang paham pluralisme dalam agama Islam. Karena pluralisme itu sendiri didefiniskan sebagai "Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relative, oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.” Paham pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga.

Namun demikian, paham pluralisme ini banyak dijalankan dan kian disebarkan oleh kalangan Muslim itu sendiri. Solusi Islam terhadap adanya pluralisme agama adalah dengan mengakui perbedaan dan identitas agama masing-masing. Tapi solusi paham pluralisme agama diorientasikan untuk menghilangkan konflik dan sekaligus menghilangkan perbedaan dan identitas agama-agama yang ada. Di Indonesia sendiri ada agama yang meyakini adanya faham pluralisme, yaitu Jaringan Islam Liberal.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
 dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu
 Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lahi Maha Mengenal.”
(QS Al-Hujarat: 13)

Menurut sebuah ensiklopedi, saat ini ada 9.900 agama di seluruh dunia, beberapa di antaranya terdapat di banyak bagian dunia dan memiliki jutaan umat. Diperkirakan, sekitar 70 persen umat manusia memeluk lima agama utama yaitu Buddha, Hindu, Kristen, Islam, dan Yudaisme. Jika semua agama menuju Allah yang sama, kelima keyakinan ini tentu harus punya banyak persamaan dalam ajaran, cara menggambarkan Allah, dan penjelasan tentang maksud-tujuan Allah.

Teolog Katolik Roma Hans Küng mengatakan bahwa agama-agama utama memiliki beberapa doktrin dasar serupa dalam bidang hubungan antarmanusia. Misalnya, kebanyakan setuju untuk tidak membunuh, tidak berdusta, berbakti kepada orang tua serta kasih kepada anak-anak, dan lain-laun. Namun dalam hal-hal lain, khususnya dalam menggambarkan Allah, perbedaan agama-agama utama ini begitu besar.

Islam adalah agama tauhid, berbeda dengan agama lain kebanyakan yang menyembah lebih dari satu Tuhannya. Sebagai contoh, orang Hindu menyembah sejumlah besar dewa, sedangkan orang Buddha tidak yakin tentang suatu pribadi Allah. Islam mengajarkan bahwa Allah itu esa. Begitu pula gereja-gereja yang mengaku Kristen, tetapi kebanyakan di antaranya juga mengakui bahwa Allah itu Tritunggal. Bahkan dalam berbagai gereja ada beragam dogma. Maria, ibu Yesus, adalah objek pengabdian orang Katolik tetapi tidak demikian bagi orang Protestan.

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu,
melainkan Kami wahyukan kepadanya:
 “Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah Aku.”
(QS Al Anbiya: 25)

Masuk akalkah bahwa agama-agama yang menganut beragam kepercayaan tersebut semuanya dapat menyembah Allah yang sama? Sama sekali tidak. Akibatnya justru kesimpangsiuran semata soal siapa Allah itu dan apa yang Ia harapkan dari para penyembah-Nya.Allahu’alam.

Fitrah Manusia Ber-Tuhan


A.        Fitrah manusia ber-Tuhan

Manusia tidak bisa lepas dari Dzat yang disebut Tuhan, yaitu Dzat yang mengendalikan roda kehidupan seluruh alam dengan peranan yang mutlak. Tuhan berkuasa penuh terhadap segala aspek kehidupan manusia. Tuhan itu ada dan tidak dapat dipungkiri keberadaan-Nya.
Maksud dari fitrah Allah adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Alah mempunyai naluri beragama. Hal ini dimulai semenjak manusia sudah mulai dalam kandungan.

“Tidakkah yang dilahirkan itu kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaiman seekor hewan yang melahirkan dalam kondisi lengkap, adakah kau dapati dalam bentuk cacat?” (Hadits Imam Al Bukhari dan Imam Muslim).

Nabi-nabi diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian, yg telah diikat oleh fitrah mereka, yg kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat di atas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, tetapi terukir dengan pena ciptaan Allah di permukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan di atas permukaan hati nurani serta di kedalaman perasaan batiniah.

       “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi “saksi”. (Kami lakukan yang sedemikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak menyatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS Al Araf: 172).


B.        Bukti manusia ber-Tuhan

Salah satu hal yang selalu ada dalam diri manusia adalah kecenderungan untuk mencari Tuhan dan menyembahnya, karena dengan ibadah kepada Tuhan manusia sebenarnya berupaya meninggalkan wujud terbatasnya dan bergabung dengan hakikat yang tidak memiliki cacat, kekurangan, kefanaan dan keterbatasan.

Berikut ini beberapa bukti bahwa manusia ber-Tuhan.
a.    William James, seorang filsuf Amerika dan tokoh psikologi aliran pragmatisme, melakukan percobaan untuk mengukur jiwa manusia dari sisi kecenderungan spiritualitasnya. Penilitian menunjukkan bahwa dalam wujud manusia terdapat serangkaian kecenderungan terhadap materi dan serangkaian kecenderungan yang lain tidak ada hubungannya dengan materi, yaitu inspirasi spiritual, fitrah untuk mencari Tuhan dan cinta akan kebaikan selalu ada dalam jiwa manusi.
b.    Didalam jiwa manusia yang terdalam terdapat kekuatan yang mendorong manusia untuk mencari Tuhan yang memberikan rasa aman dan ketenangan kepada manusia dan membantunya dalam menghadapi kesulitan serta menghilangkan segala bentuk kekhawatiran.
c.Dalam sejarah kehidupan manusia dan peninggalannya di berbagai gua dan gunung menunjukkan bahwa manusia sejak awal mempunyai rasa ingin mengabdi dan menyembah Tuhan. Mereka meyakini akan Keesaan Tuhan meski sebagian lainnya tergelincir ke dalam kebodohan sehingga mereka menyembah batu, kayu, matahari, binatang dan bahkan menyembah penguasa zalim.
d.    Allamah Murtadha Mutahhari, seorang cendekiawan dan peneliti terkemuka Iran, mengatakan peninggalan manusia di masa lampau menunjukkan bahwa penyembahan telah ada sejak manusia ada. Yang berbeda adalah bentuk ibadah dan siapa yang disembah. 
e.    Al-Quran menjelaskan bahwa sejarah penyembahan berhala terjadi sejak masa Nabi Nuh as, sebab pasca bencana badai di zaman itu semua orang musyrik dan penyembah berhala musnah dan setelah beberapa lama kemudian fitrah untuk menyembah Tuhan kembali diselewengkan oleh sebagian manusia dengan menyembah berhala dan benda-benda lainnya yang tidak ada manfaat bagi mereka, bahkan benda-benda tersebut dibuat oleh mereka sendiri. Itu tanda bahwa manusia memiliki fitrah untuk mengabdi.
f.     Bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia di masa lalu menyembah Tuhan dan bahkan percaya tentang hari kebangkitan. Orang yang meninggal dunia kemudian di kubur bersama barang-barang yang dicintainya karena diharapkan benda-benda itu menjadi bekal di dunia selanjutnya atau memumikan jasad manusia supaya tidak rusak merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa manusia di masa itu meyakini adanya kehidupan setelah kematian ini.
g.    Segelintir orang yang mengingkari fitrahnya untuk menyembah Tuhan pada dasarnya hanya dapat mengingkarinya secara lisan namun ketika mereka berhadapan dengan masalah besar dan menemui jalan buntu, mereka akan mencari sesuatu yang Maha Kuat dan mampu melindunginya serta membebaskannya dari masalah itu.
h.    Al-Quran dengan terang dan indah menjelaskan bahwa rasa penghambaan tidak terbatas pada manusia saja tetapi semua makhluk di dunia ini mengalaminya. Berbagai ayat al-Quran menjelaskan tentang ibadah makhluk selain manusia.

                                Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya. Dan tak adasuatu pun di antara semua makhluk melainkan bertasbih seraya memuji kepada-Nya tetapi kalian tidak mengertitasbih mereka(karena hal itu dilakukan bukan memakai bahasa kalian). Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Isra: 44)

i.      Ketika manusia memperhatikan kedalaman jiwanya maka ia akan melihat kebenaran dan mendengar panggilan yang mengajaknya menuju kepada Tuhan yang mempunyai kesempurnaan mutlak. Manusia ketika terhubung dengan Tuhan maka ia akan mendapat kesempurnaan dan cinta sejati.

             Agama Islam mengajarkan kepada manusia bahwa penyembahan kepada selain Tuhan Yang Esa tidak akan memuaskan jiwa manusia dan tidak dapat mengantarkannya kepada kesempurnaan spiritual, namun justru menyebabkan terpenjaranya  manusia dalam ketergantungan materi. Penghambaan akan terwujud jika terhubung dengan Tuhan Yang Maha Bijaksana dan melalui jalan ini jiwa manusia akan meraih kebebasan dan ketenangan.

             “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tataplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu.” (QS Al-Rum: 30).


Sumber
Indonesian Radio. 2012. Manusia dan Fitrah Ber-Tuhan. (http://indonesian.irib.ir/manusia-dan-fitrah-bertuhan)
Iqramuzaki Land. 2011. Fitrah Bertuhan. (http://iqramuzakiland.blogspot.com/fitrah-bertuhan)
Jamroni, Drs. MSI, dkk. 2013. Pilar Substansial Islam. Yogyakarta: DPPAI UII
Latif, Zaky Mubarok, dkk. 2012. Akidah Islam. Yogjakarta: UII Press.
Lihin, Hanya Celoteh Guru. 2012. Pembuktian Adanya Tuhan Secara Rasional (1), (2), (3), (4), (5), dan (6). (http://mushlihin.com/2012/05/other/pembuktian-ada-nya-tuhan-secara-rasional)
Sebuah Catatan Kecil. Ber-Tuhan dengan Irisan Rasa dan Logika. (http://otakkurusak.wordpress.com/2013/06/14/ber-tuhan-dengan-irisan-logika-dan-rasa)
Sofiyudin, Ahmad. 2012. Fitrah Manusia Sebagai Mahkluk yang Ber-Tuhan. (http://sofiyuddinahmadadin.blogspot.com/2012/10/fitrah-manusia-sebagai-mahkluk.html)
Zen Assegaf. 2013. Semua Manusia Ber-Tuhan (Tauhid). Kompasiana. (http://filsafat.kompasiana.com/semua-manusia-bertuhan)

Ramadhan Didepan Mata



Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Senang sekali rasanya, ramadhan hampir tiba. Kenapa?? Karena ini adalah bulan penuh berkah, penuh pahala, perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya. Sampai sampai seseorang yang tidur saat berpuasa pun dapet pahala. Subhanallah, Allah Maha Baik yah. Momen seperti ini memang jangan sampai terlewatkan dengan sia-sia, apalagi kalau diisi sama tidur saja. Iya sih dapet pahala, tapi kan nggak maksimal. Mending ya buat nglakuin apa gitu yang lebih bermanfaat lagi. Tidur aja dapet pahala, gimana kalau diisi dengan yang lebih baik??

Dari pahala yang gampang dicari itu, maka umat muslim didunia berlomba-lomba memperbanyak kebaikan dibulan ini. Yah kalo dipikir sih, harusnya berlomba kebaikan atau ngumpulin pahala sebanyak-banyaknya itu nggak cuma dilakuin pas bulan ramadhan aja, tapi bulan bulan biasa juga. Ya kan?? Hehe. Mungkin karena dilipat gandakan pahalnya, jadi pada semangat deh..

Nah, bulan Ramadhan kali inipun, mungkin menjadi bulan Ramadhan terakhir aku bisa buka puasa dan sahur bareng keluarga. Bulan Ramadhan tahun depan, mungkin aku bakalan sendiri kalau berbuka dan sahur, tanpa keluarga. Dikota orang pula, hiks.  

Alhamdulillah.. aku masih diberi kesempatan untuk merasakan bulan Ramadhan tahun ini. Terima kasih Ya Allah, atas karunia-Mu yang luar biasa banyaknya. Semoga, aku dapat senantiasa memperbaiki diri, sedikit demi sedikit menutup dosa dengan pahala yang diraih. Semoga, Ramadhan kali ini membawa berkah untuk semuanya, Aamiin.. :))

Dan sebelum berpuasa, biar afdol, biar mantep, aku mau minta maaf atas semua kesalahku yang disadari ataupun yang nggak aku sadari. Mungkin saat posting atau komentar di posting kalian aku sedikit nyentil atau nyinggung seseorang, maaaaafffff banget. Maafin segala kesalahanku ya sobat.. :))

Selamat berpuasa.. mari memperbaiki diri dibulan yang penuh berkah ini…

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Jadi Baik Bareng Bareng



Sorry ya kalau selama ini gue banyak bicara sok jadi orang yang suci. Tapi gue belajar dari pengalaman, kalau gue berusaha jadi orang baik sendirian, itu bakalan susah. Bakalan susah kalau gue jadi orang baik sendiri sedangkan sahabat gue sendiri malah jadi jahat. Gue nggak mau. Jadi gue ngajakin lo juga buat jadi orang yang lebih baik. Kita bisa saling ngingetin satu sama lain. Itu aja.

Misalnya aja nih, kalau lo lupa buat shalat, gue bisa ingetin lo. Tapi bukan berarti gue ceramah sama lo, gue cuma ngingetin, cuma nasehatin. Masalah lo mau shalat apa enggak, itu udah lepas dari tanggung jawab gue. Yang jelas, gue berusaha nyeret lo dalam kebaikan. Nah, ketika gue lupa buat nglaksanain kewajiban itu, gue mohon lo juga bersedia ngingetin gue. Bukan dengan nada ejekan atau sindiran, tapi dengan nada nasehat.

Sebagai seorang manusia, gue juga bisa khilaf. Begitu juga dengan lo. Jadi kita berusaha untuk saling berpesan dalam kebaikan. Begitu agama Islam mengajarkan kita….~

Berpesan dalam kebaikan, nggak mesti orang yang memberi pesan itu lebih baik kan? Kalau nunggu seseorang jadi baik dulu baru bernasehat, ntar malah orang yang mau dinasehatin udah nggak keburu lagi. Nggak sempet berubah maksudnya. Disini, kita belajar sama sama untuk jadi orang yang baik.

Lo jangan sakit hati saat gue nasehatin, jangan mencibir dan jangan ngomong yang nggak nggak dibelakang gue. Gue cuma ngingetin lo, cuma mau nyeret lo dalam kebaikan. Gue nggak akan nyeret lo dalam kebusukan. Tenang aja.

Bukannya gue sok atau ngrasa lebih baik dari lo, tapi ya sekali lagi gue bilang, gue maunya kita baiknya itu bareng bareng. Bisa bareng bareng masuk surga, Aamiin.

Islam mengajarkan kita untuk saling berpesan dalam kebaikan. Maka, kita harus saling menjaga karena kita saudara semuslim….~

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
( QS Al-Ashr : 1-3)