Gimana sih rasanya keseringan
pasang “fake smile”? Capek juga kan. Tapi apa boleh buat lagi. Yang namanya masalah
nggak cuma aku aja yang punya, orang lain pun. Aku nggak boleh merasa bahwa
masalah yang aku hadapi sekarang ini adalah masalah yang paling berat dialami
manusia kan?
Sebenarnya sering “fake smile”
juga ada baik buruknya. Saling berlawanan. Baiknya adalah, orang disekitarku nggak
merasa khawatir, buruknya adalah aku bohong sama mereka. Baiknya yang lain,
mensugesti diri sendiri untuk lebih positif, buruknya, aku bohong sama diriku
sendiri. Senyum juga ibadah sih, asal nggak kelewatan aja yah, senyumnya. Haha.
Dan yang terpenting, tersenyum, meskipun itu pura-pura, terkadang memberikan
sedikit rasa bersyukur masih diberi kesempatan untuk naik ke level ke jenjang “manusia
kuat”. Yah, semoga kita semua selalu diberi kesempatan untuk menjadi lebih
baik.
Tapi capek. Apalagi untuk saat
seperti ini. Kondisi sekarang ini. Rasanya banyak orang yang makin lama menjauhiku.
Bukan karena mereka membenci atau nggak menyukaiku, tapi lebih kepada
masing-masing dari kami telah memiliki kesibukan masing-masing, kehidpan
masing-masing. Yah.. semoga apa yang aku ungkapkan barusan benar yah, hehe. Karena
kesibukan itulah, sharing atau curhat hal-hal ringan hingga berat pun jadi
jarang banget. Padahal sharing itu bisa ngurangin beban pikiran, meski sedikit.
Ah, aku rindu orang-orang terdekatku. Banyak sekali hal yang ingin disampaikan
rasanya, tapi semakin jarangnya bertemu, semakin sulit juga rasanya untuk
kemabali dekat dan rekat seperti awal kita sering bertemu.
Menurut kalian gimana tentang “fake
smile”? Setuju nggak sama aku? Dan kalian... pastinya pernah dong “fake smile”?