Cerita sebelumnya dapat dibaca di “Among The Two Doors” part. IV
….
Kini, liburan Maris telah usai. Kini ia harus kembali
untuk kuliah. Sebelum ia pergi, ia memutuskan untuk menemui Tea. Tak disangka,
saat itu Tea sedang bersama dengan seseorang. Rayan. Dilihatnya, wajah Tea yang
sangat bahagia bersama Rayan. Ia tak mau mengganggu. Dan ia terpaksa pergi
tanpa berpamitan. Dengan kekesalan dihatinya. Bukan salah Tea. Tapi salah
dirinya yang tak mampu mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya pada Tea.
Sebenarnya, kalaupun ia setuju, Nami, Asya, Frasya dan Eda akan membantu. Tapi
ia menolaknya. Bodohnya.
****
Beberapa hari tak melihat Maris, mebuat hati Tea
rindu. Ternnyata, dia benar benar rindu tidak mendengar suaranya, tak melihat
wajahnya.
“Hallo…”
“Hallo… Ada apa Te.?”
“Kak, kamu dimana sih.?”
“Liburanku udah abis. Aku lagi kuliah. Maaf…”
“Eh kakak kog nggak pamit aku kalo udah balik.?”
“Maaf Te… tut tut tut….”
Jawaban belum didengar, tapi handphone sudah
dimatikan. Sedih. Hatinya merasa sepi. Entah mengapa. Tea tak mengerti apa yang
sebenarnya terjadi. Kesal. Tea tak akan telpon lagi. Untuk saat ini.
****
Beberapa bulan telah berlalu. Kini Tea sudah kelas 3,
menjelang kelulusan. Sampai saat ini, Tea sudah lama tidak diganggu Maris. Dia
merindukan saat Maris mengganggunya. Liburan saat Maris dirumahpun, Maris tak
mengunjungi rumah Tea. Tak sekalipun menegur Tea. Tak sekalipun melihatnya.
Kini ia sibuk. Sok sibuk.
Hanya Rayan yang masih setia. Dia menelpon untu
bercerita. Dan Tea menanggapinya dengan senang hati. Tea sudah menganggap Rayan
sebagai kakaknya. Rayan pun tahu itu. Meskipun itu menyakiti hatinya. Ia tetap
bahagia. Dapat menjadi curahan hati Tea.
Hari ini pengumuman dimuat… Tea dan kawan kawan satu
persatu melihat pengumuman di internet bersama sama.. dan pengumuman yang
terakhir, untuk Tea..
“Nih Te pengumumannya. Aku bacain ya…”
“Jangan keras keras. Aku takuuutt.”
“Adrastea Permata Latvia….. Ehmmm.. intinya aja ya…”
“Iya iya cepetan…”
“Sabar nyonyaaaa… ekhem… Waduh… Kamu yang sabar ya
Te…”
“Eh… Nggak ketrima ya…” Tea lesu
“Sabar, soalnya kamu bakalan deket sama Kak Maris yang
cakep ituuuu.!!!”
“Ah ketrima.? Coba coba lihat…” Tak percaya apa yang
didengarnya, dia melihatnya sendiri di situs resmi itu. Sejenak kemudian.
“Yeeeeeee.!!!!!”
“Yee… Kita bareng Te… Kamu di psokologi, aku di
farmasi…” girang Frasya
“Yah, kenapa aku jauh sendiri si. UGM nan jauh
diasana..”
“Kan ada aku Da…” semangat Nami sambil memeluk
temannya itu. “Dan sama Kak Rayan tentunya.. hahaha”
“Betul betul…” Eda mendapat suntikan semangatnya
“Ih lha aku.? Sendirian.?” Asya berlagak melankolis
menerima nasib
“Nggak papa lagi Sya. Kamu kan ditengah.” Tea berusaha
menenangkan
“Pokoknya kalian harus ngabarin aku terus…”
“Iya neng….”
Berpelukanlah sahabat itu. Berpisahnya mereka bukan
berarti mereka harus putus persahabatan.
“Eh.. kamu nggak mau ngasih tahu Kak Maris.?”
“Enggak ah. Buat kejutan…”
“Ciye ciye….” Sorak mereka bersamaan disusul wajah Tea
yang memerah. Malu.
****
Tak ingin sengaja hendak menemui Maris. Tea berpura
pura sedang jalan jalan. Bersama Frasya sahabatnya. Hatinya selalu berdegup
kencang. Bagaimana nanti reaksi Maris ketika melihatnya.
“Eh Te.. itu Kak Maris. Diseberang jalan. Di Café
samaaaa....” Katanya sambil menunjuk kerumunan yang sedang berkumpul.
“Eh iya… Dan…. Sama cewek…. Balik aja yukk..” ajak Tea
kecewa
“Eh… Mereka mau pergi tuh… Kak Maris ngasih ke cewek
itu apaan.? Hadiah.?”
Tea tak menanggapi. Tak ingin menanggapi. Matanya memperhatikan
dengan saksama. Hingga kedua mata mereka bertemu. Menyadari itu, Tea langsung
memalingkan wajahnya. Maris tahu, dia mengenal betul siapa itu. Dikejarnya Tea.
Salah tingkah, Tea hendak pergi meninggalkan tempat itu. Namun tiba tiba…
tangannya tertahan oleh sesuatu. Tangan Maris.
“Te…” wajah Maris berseri. Bahagia.
“Siapa cewek tadi kak.?” Frasya menengahi
“Dia itu…” belum selesai berbicara Tea sudah
memotongnya
“Eh…. Kak Maris… maaf kak… Aku kesini cuma mau jalan
aja kog… Maaf udah ganggu…” nadanya begitu berat.
Maris tahu Tea sudah salah paham.
“Aku balik dulu kak…” Tea melangkah pergi. Hatinya
kacau.
“Kakak keterlaluan…” kata Frasya sambil meninggalkan
Maris yang terpaku
Maris berpikir keras. Ia tak mau kehilangan wanita
yang dicintainya sejak dulu itu. Dikejarnya Tea, dipegangnya tangan Tea,
ditariknya hingga tubuh Tea mendekati tubuh lelaki ini. Dipeluklah tubuh Tea
erat erat. Tea kaget. Terpaku. Kaku. Rasanya masih seperti dulu. Nyaman. Dan
Maris membisikkan sebuah kalimat…
“Dia saudara sepepuku…”
Tea kaget. Tak percaya apa yang didengarnya. Hatinya
kacau, bingung. Tapi ia sadar. Ia merasa…. Lega.
Frasya yang mendengar ucapan Maris itupun langsung
mengerti. Bahkan ia merasa bersalah sudah berpikir yang tidak tidak. “Ehem…
obat nyamuk obat nyamuk…”
Sadar hal itu Maris segera melepaskan pelukannya.
Dilihatnya Frasya yang cengar cengir dibelakangnya.
“Eh Sya.. Sorry, lupa sih.. haha..”
“Sialan…” katanya sambil emnggerutu
“Te.. kamu kesini nyusul aku ya.?”
“GR. Aku kesini mau kuliah tau.!”
“Kamu jadi kuliah disini.?”
“Kenapa.? Nggak boleh.?”
“Eh… Enggakkkkk…” Maris langsung menjawabnya
“Bakalan ada yang pacaran nih. Tetanggaan pula. Widih
widi…” goda Frasya
“ha ha ha…” mereka bertiga tertawa bersama
“Emang siapa pacaran sama siapa Sya.?” Tea menggoda
“Ekhem ekhem…” Maris berdehem
Sejurus kemudian digandengnya tangan Tea menuju
mobilnya yang terparkir disebrang jalan. Meninggalkan Frasya.
“Eh tungguin… aku ikut. Aku sebatang kara di sini
nih…”
****
TAMAT
Cerita ini hanya fiktif belaka. Nama, cerita atau
apapun yang memiliki kesamaan, maaf ya…. Namanya juga mengarang. Karya
pertamaku lho… :D
Salam Shamagachi… Happy blogging…. J