“Sesak. Saat tahu ternyata kamu begitu mudah nglupain
aku. Sakit. Saat tahu ternyata yang kamu cintai adalah salah satu teman
baikku.”
“Rasanya dunia ini sudah tak seindah dulu, ketika kamu
selalu ada dibelakangku untuk mendukungku. Saat kamu selalu ada disebelahku
saat aku sendiri. Saat kamu rela memberikan bahumu untukku sebagai tempat
bersandar. Saat kamu rela berikan tubuhmu untuk melindungiku. Saat kamu rela
memelukku untuk melindungiku. Saat kamu tak ingin melepaskan tangan ini tak
ingin berpisah. Saat kamu tak ingin melihat air mataku menetes. Dimana kamu.?
Aku butuh kamu. Sekarang. Apa salahku ke kamu.? Sampai kamu ninggalin aku gitu
aja. Bagaimana ini.? Dulu yang tak ingin melihatku menangis, kini malah menjadi
penyebab aku menangis. “
“Bagaimana dengan janji yang kamu kasih ke aku kalau
kamu bakal jagain aku.? Aku pikir, kamu yang terbaik buat aku. Aku pikir, kamu
bakalan selalu ada disisiku. Ternyata aku salah. Bahkan kamu sekarang sudah
punya penggantiku. Lalu bagaimana dengan aku.? Empat bulan setelah perpisahan
itu, aku masih belum bisa menghapus bayanganmu sedetikpun, tapi mengapa, kamu
sudah mendapatkan penggantiku.? Empat bulan.. Jahat.. “
Sudah beberapa hari ini setelah Tea tahu Iko
berpacaran dengan Cahaya, mendadak Tea tidak bisa tidur malam. Ujung-ujungnya hanya
memandang foto Iko yang tersenyum manis padanya itu. Manis. Masih tertap rasanya,
meskipun dia meninggalkan Tea gitu aja, dan harusnya Tea jadikan Iko sebagi orang
yang paling dia benci. Tapi dia nggak bisa, Tea nggak bisa benci. Jujur.
****
“Matamu kenapa sayang.? Nggak bisa tidur lagi.?”
“Eh… kelihatan banget ya ma.? Iya nih, Tea nggak bisa
tidur lagi. Eh udah jam setengah tujuh, Tea berangkat ya ma……….”
“Eh sarapan dulu Tea nanti kamu sakiiiiit……”
Belum selesai mamanya berbicara Tea sudah pergi.
Mamanya tahu, pasti Tea menangis lagi. Tanpa diberitahupun, mamanya sudah tahu
bagaimana perasaan anak satu satunya itu. Mamanya sudah tidak tahu lagi,
bagaimana membuat Tea melupakan laki laki itu. Laki laki yang Tea sayangi itu.
Mama Tea mengenal betul siapa Iko, mantan pacar Tea. Tea sudah mengenalkannya
pada mama, dan kebetulan Mama Tea pun mengenal ibu Iko karena mereka seprofesi,
sebagai seorang perawat disalah satu rumah sakit swasta ternama.
“Pa, bagaimana ini.? Mama nggak mau lihat Tea sedih
terus begini….”
“Ah mama, namanya juga remaja. Nanti juga lupa.”
“Tapi Pa, ini sudah berbulan bulan. Dan akhir-akhir
ini, mama jarang lihat Tea tidur nyenyak lagi.”
“Hmmmh, namanya juga pacaran pertama Ma. Tea sudah SMA
Ma, kelas dua ini lagi. Papa percaya Tea bakalan baik baik aja kok…”
….
Di samping rumahnya, Maris sedang mencuci mobilnya.
Melihat Tea yang keluar buru buru dengan matanya yang….. aneh. Maris tahu, Tea
sedang dilanda masalah.
“Te… mau aku anter.?”
“Nggak makasih…”
“Ntar telat lho…”
“Lebih telat lagi kalo ngladenin kamu…”
“Idih sewot amat…”
….
Langkah kakinya yang cepat tidak juga mebuatnya cepat
sampai. Malah cepat lelah. Dihentikannya kakinya, dia membungkuk. Peritnya
sakit. Juga ngos ngosan. Saat akan kembali melangkah, ia menubruk
seseorang.
“Aduh….”
“Eh maaf kak…” Dilihatnya wajah orang asing itu.
Tampan dan bersahaja. Tea terpesona, tanpa dikomando dia sudah tersenyum manis.
“Eh.. Nggak papa kok dek.” Tidak kalah, lelaki inipun
tersenyum manis dan memandang wajah Tea yang sedikit berantakan. Lelaki ini
terpana pada pandangan pertama. Sebelum terlambat, memulai pembicaraan. “Aku Narayan.”
“Aku Tea…” jawabnya semangat
“Kamu terlambat ya.?”
“Eh… iya….” Katanya sambil menepuk dahinya. “Aku pergi
dulu kak. Sampai ketemu lagi…” katanya sambil melangkah pergi.
****
“Eh Tea, kamu nggak bisa tidur lagi ya.?”
“Iya nih, aku nggak mood banget. Nggak sarapan lagi
telat bangun.”
“Oke oke, ntar aku anter ke kantin. Eh itu Asya. Eh
Sya sini….”
“Apaan.?” Asya berjalan mendekati Tea dan Eda.
“Ngobrol donk, nyonya lagi suntuk tuh…” kata Eda
sambil menunjuk Tea yang tertunduk lesu
“Eh apaan si kamu…”
“Aku bisa tebak ni. Kebiasaany nyonya nih….”
“hahaha…” Eda dan Asya pun tertawa, dibalas dengan
cibiran Tea yang langsung mlengos.
Tea, Asya, Eda, Nami dan Frasya adalah teman baik. Meskipun
mereka beda kelas. Tea, Asya dan Eda ada dikelas 2 IPA 4, Nami 2 IPA 2, dan
Frasya 2 IPA 6, bersama Cahaya. Sebenarnya, dulu sebelum Cahaya berpacaran
dengan Iko, Cahaya adalah salah satu teman terdekat Tea. Mereka sering memiliki
rasa yang sama, ide yang sama, curhat masalah apapun, sering sekali mereka
melakukan hal yang sama berdua, disamping mereka berempat. Tapi setelah tahu
Cahaya adalah pacar Iko sekarang, otomatis Tea merasa risih berada disamping
Cahaya. Eda, Asya, Nami dan Frasya tahu betul bagaimana perasaan sahabatnya
itu, maka dari itu, mereka sengaja menjaga jarak dengan Cahaya. Tea berpesan
agar tak membenci Cahaya, karena bagaimanapun juga, dia teman mereka. Namun
mereka sudah tidak lagi dengan Cahaya.
“Kantin yuuuuuuk…”
“Siapa yang nggak sarapan, siapa yang kelaparan… aku
yang nggak sarapan Daaa, bukan kamu..”
“Kayaknya lapernya nular deh.. hehe”
“Ngaco aja si kamu Da..”
“ha ha ha” Tea dan Asya tertawa bersama.
“Eh itu Nami sama Frasya tuh. Udah ngemil ja tuh di
kantin.” Kata Tea sambil menunjuk temannya itu yang asik melahap makanan.
….
“Eh, aku aja yang pesen makanan. Kayak biasa kan.?”
Pinta Asya
“Siip deh Sya…” jawab mereka bersamaan
“Eh by the way Te, aku punya sepupu cakep abis. Anak
UGM pula… Kerennya jangan ditanya deh….. Anak pakde ku yang di Yogya, kayaaa
lagiiii…….Eh dia lagi liburan, mau aku kenalin.??”
“Hah.? Kamu punya sepupu cakep, keren, tajir, pinter.?”
“Aku nawarinnya ke Nyonya, bukan kamu cecunguk…” jawab
Frasya
“huuuuu….” Jawab Eda senewen
“Tergantung jurusannya donk…” jawab Tea sok
tertarik
“Lu ngremehin sepupu gue Te.?”
“Eh, lu jadi sewot si.? Lu gue gituh.? Bahasamu itu Iuuuuhh…”
“ha ha ha….” tawa mereka kembali meluap. Sejenak Tea
melupakan sosok Iko yang terus menghantuinya.
“UGM tauuuuu, teknik kimiaaaaaaaaaaa……”
“Weeeeeuuuw….” Asya yang baru datang membawa makanan
pun ikut terpesona
“Terus maksudmu apa neng.?” Tukas Tea
“Siapa tahu aja kamu tertarik Te, sepupuku baik kok…”
“Buat aku aja kalo kamu nggak mau Te…” srobot Eda
“Eh ada apa nih, aku nggak diajak sih…” kata Asya
bingung
“ha ha ha” tawapun kembali lepas
“Eh tadi aku ketemu cowok cakep banget. Aku
terpesona….”
“Yakin kamu.? Udah move on yah.?” Ledek Eda
“Sialan….” Tea mincus
….
Bersambung…..
Cerita selanjutnya dapat di
baca di “Among The Two Doors” part.II
0 comments:
Post a Comment