Istri Shalihah di Tengah Dua Tanggung Jawab Besar
Pernahkah kamu merasakan kegundahan mendalam ketika mulai menyadari bahwa kehidupan setelah menikah membawa banyak perubahan, termasuk kewajiban dan loyalitas baru? Dulunya, kita patuh pada orang tua, tapi setelah menikah, fokus itu bergeser kepada suami. Tanggung jawab pun bukan lagi berada di pundak orang tua, melainkan suami.
Sebagai anak tunggal, perubahan ini terasa berat. Rasa cinta dan tanggung jawab kepada orang tua masih besar, tapi secara agama, pilihan utama setelah menikah adalah mengikuti suami. Bagaimana bila orang tua merasa bahwa keputusan kita tidak sesuai dengan kehendak mereka? Bisakah itu dianggap sebagai durhaka?
---
Kisah Istri Shalihah di Zaman Nabi ﷺ
Saya pernah membaca kisah seorang istri shalihah pada masa Nabi Muhammad ﷺ. Diceritakan bahwa suaminya pergi berjihad dan berpesan, “Jangan kemana-mana sebelum aku kembali.” Tidak lama setelah itu, ibunya sakit keras. Utusan datang memohon agar ia menjenguk, namun ia menolak karena memegang amanah suami. Hingga sang ibu wafat pun, ia tetap tidak keluar rumah karena menunggu izin. Akhirnya kisah ini sampai kepada Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda bahwa Allah mengampuni dosa sang ibu karena ketaatan puterinya kepada suami.
Namun, para ulama menilai riwayat ini lemah (dha’if) sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum. Penjelasan terkait derajat hadits ini bisa ditemukan di Islam (Referensi: Stack Exchange)
---
Secara umum, para ulama sepakat bahwa seorang istri tidak diperbolehkan keluar rumah tanpa izin suaminya. Hal ini berlaku kecuali dalam kondisi darurat atau kebutuhan syar’i yang mendesak, seperti menghadiri majelis ilmu atau keperluan kesehatan (Referensi: IslamQA).
Namun, batasan ini tidak berarti seorang suami boleh melarang istrinya berbuat baik kepada kedua orang tua. Silaturahmi adalah kewajiban yang tetap berlaku meskipun seorang wanita sudah menikah. Bahkan, memutuskan hubungan dengan orang tua dianggap sebagai dosa besar dalam Islam (Referensi: IslamQA, Islam and Quran).
Dengan kata lain, seorang istri memang wajib menaati suaminya, tetapi suami pun tidak boleh mengekang hingga membuat istri durhaka kepada orang tuanya.
Saya sendiri merasakan dilema besar sebagai anak tunggal. Ingin membalas jasa orang tua, tapi di sisi lain patuh pada suami adalah tuntutan agama. Kekhawatiran terbesar adalah: apakah jika terjadi perbedaan permintaan antara suami dan orang tua, keputusan saya untuk mengikuti suami bisa dianggap sebagai bentuk kedurhakaan kepada orang tua?
Semoga kelak, saya dipertemukan dengan suami yang memahami pentingnya bakti kepada orang tua. Semoga ia selalu memberi izin agar saya tetap bisa menjaga orang tua, dan orang tua pun memahami posisi saya sebagai seorang istri. Harapan saya, keluarga kecil kami nantinya dapat saling melengkapi, saling memahami, dan bersama-sama menuju ridha Allah ﷻ. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
0 comments