Get me outta here!
Showing posts with label Shamagachi's Tasks. Show all posts
Showing posts with label Shamagachi's Tasks. Show all posts

Fitrah Manusia Ber-Tuhan


A.        Fitrah manusia ber-Tuhan

Manusia tidak bisa lepas dari Dzat yang disebut Tuhan, yaitu Dzat yang mengendalikan roda kehidupan seluruh alam dengan peranan yang mutlak. Tuhan berkuasa penuh terhadap segala aspek kehidupan manusia. Tuhan itu ada dan tidak dapat dipungkiri keberadaan-Nya.
Maksud dari fitrah Allah adalah ciptaan Allah. Manusia diciptakan Alah mempunyai naluri beragama. Hal ini dimulai semenjak manusia sudah mulai dalam kandungan.

“Tidakkah yang dilahirkan itu kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah, kemudian kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi sebagaiman seekor hewan yang melahirkan dalam kondisi lengkap, adakah kau dapati dalam bentuk cacat?” (Hadits Imam Al Bukhari dan Imam Muslim).

Nabi-nabi diutus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian, yg telah diikat oleh fitrah mereka, yg kelak mereka akan dituntut untuk memenuhinya. Perjanjian itu tidak tercatat di atas kertas, tidak pula diucapkan oleh lidah, tetapi terukir dengan pena ciptaan Allah di permukaan kalbu dan lubuk fitrah manusia, dan di atas permukaan hati nurani serta di kedalaman perasaan batiniah.

       “Dan ingatlah tatkala Tuhanmu mengeluarkan anak-anak keturunan Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi “saksi”. (Kami lakukan yang sedemikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak menyatakan: Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS Al Araf: 172).


B.        Bukti manusia ber-Tuhan

Salah satu hal yang selalu ada dalam diri manusia adalah kecenderungan untuk mencari Tuhan dan menyembahnya, karena dengan ibadah kepada Tuhan manusia sebenarnya berupaya meninggalkan wujud terbatasnya dan bergabung dengan hakikat yang tidak memiliki cacat, kekurangan, kefanaan dan keterbatasan.

Berikut ini beberapa bukti bahwa manusia ber-Tuhan.
a.    William James, seorang filsuf Amerika dan tokoh psikologi aliran pragmatisme, melakukan percobaan untuk mengukur jiwa manusia dari sisi kecenderungan spiritualitasnya. Penilitian menunjukkan bahwa dalam wujud manusia terdapat serangkaian kecenderungan terhadap materi dan serangkaian kecenderungan yang lain tidak ada hubungannya dengan materi, yaitu inspirasi spiritual, fitrah untuk mencari Tuhan dan cinta akan kebaikan selalu ada dalam jiwa manusi.
b.    Didalam jiwa manusia yang terdalam terdapat kekuatan yang mendorong manusia untuk mencari Tuhan yang memberikan rasa aman dan ketenangan kepada manusia dan membantunya dalam menghadapi kesulitan serta menghilangkan segala bentuk kekhawatiran.
c.Dalam sejarah kehidupan manusia dan peninggalannya di berbagai gua dan gunung menunjukkan bahwa manusia sejak awal mempunyai rasa ingin mengabdi dan menyembah Tuhan. Mereka meyakini akan Keesaan Tuhan meski sebagian lainnya tergelincir ke dalam kebodohan sehingga mereka menyembah batu, kayu, matahari, binatang dan bahkan menyembah penguasa zalim.
d.    Allamah Murtadha Mutahhari, seorang cendekiawan dan peneliti terkemuka Iran, mengatakan peninggalan manusia di masa lampau menunjukkan bahwa penyembahan telah ada sejak manusia ada. Yang berbeda adalah bentuk ibadah dan siapa yang disembah. 
e.    Al-Quran menjelaskan bahwa sejarah penyembahan berhala terjadi sejak masa Nabi Nuh as, sebab pasca bencana badai di zaman itu semua orang musyrik dan penyembah berhala musnah dan setelah beberapa lama kemudian fitrah untuk menyembah Tuhan kembali diselewengkan oleh sebagian manusia dengan menyembah berhala dan benda-benda lainnya yang tidak ada manfaat bagi mereka, bahkan benda-benda tersebut dibuat oleh mereka sendiri. Itu tanda bahwa manusia memiliki fitrah untuk mengabdi.
f.     Bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia di masa lalu menyembah Tuhan dan bahkan percaya tentang hari kebangkitan. Orang yang meninggal dunia kemudian di kubur bersama barang-barang yang dicintainya karena diharapkan benda-benda itu menjadi bekal di dunia selanjutnya atau memumikan jasad manusia supaya tidak rusak merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa manusia di masa itu meyakini adanya kehidupan setelah kematian ini.
g.    Segelintir orang yang mengingkari fitrahnya untuk menyembah Tuhan pada dasarnya hanya dapat mengingkarinya secara lisan namun ketika mereka berhadapan dengan masalah besar dan menemui jalan buntu, mereka akan mencari sesuatu yang Maha Kuat dan mampu melindunginya serta membebaskannya dari masalah itu.
h.    Al-Quran dengan terang dan indah menjelaskan bahwa rasa penghambaan tidak terbatas pada manusia saja tetapi semua makhluk di dunia ini mengalaminya. Berbagai ayat al-Quran menjelaskan tentang ibadah makhluk selain manusia.

                                Bertasbih kepada-Nya langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya. Dan tak adasuatu pun di antara semua makhluk melainkan bertasbih seraya memuji kepada-Nya tetapi kalian tidak mengertitasbih mereka(karena hal itu dilakukan bukan memakai bahasa kalian). Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS Al-Isra: 44)

i.      Ketika manusia memperhatikan kedalaman jiwanya maka ia akan melihat kebenaran dan mendengar panggilan yang mengajaknya menuju kepada Tuhan yang mempunyai kesempurnaan mutlak. Manusia ketika terhubung dengan Tuhan maka ia akan mendapat kesempurnaan dan cinta sejati.

             Agama Islam mengajarkan kepada manusia bahwa penyembahan kepada selain Tuhan Yang Esa tidak akan memuaskan jiwa manusia dan tidak dapat mengantarkannya kepada kesempurnaan spiritual, namun justru menyebabkan terpenjaranya  manusia dalam ketergantungan materi. Penghambaan akan terwujud jika terhubung dengan Tuhan Yang Maha Bijaksana dan melalui jalan ini jiwa manusia akan meraih kebebasan dan ketenangan.

             “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tataplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sesuai dengan fitrah itu.” (QS Al-Rum: 30).


Sumber
Indonesian Radio. 2012. Manusia dan Fitrah Ber-Tuhan. (http://indonesian.irib.ir/manusia-dan-fitrah-bertuhan)
Iqramuzaki Land. 2011. Fitrah Bertuhan. (http://iqramuzakiland.blogspot.com/fitrah-bertuhan)
Jamroni, Drs. MSI, dkk. 2013. Pilar Substansial Islam. Yogyakarta: DPPAI UII
Latif, Zaky Mubarok, dkk. 2012. Akidah Islam. Yogjakarta: UII Press.
Lihin, Hanya Celoteh Guru. 2012. Pembuktian Adanya Tuhan Secara Rasional (1), (2), (3), (4), (5), dan (6). (http://mushlihin.com/2012/05/other/pembuktian-ada-nya-tuhan-secara-rasional)
Sebuah Catatan Kecil. Ber-Tuhan dengan Irisan Rasa dan Logika. (http://otakkurusak.wordpress.com/2013/06/14/ber-tuhan-dengan-irisan-logika-dan-rasa)
Sofiyudin, Ahmad. 2012. Fitrah Manusia Sebagai Mahkluk yang Ber-Tuhan. (http://sofiyuddinahmadadin.blogspot.com/2012/10/fitrah-manusia-sebagai-mahkluk.html)
Zen Assegaf. 2013. Semua Manusia Ber-Tuhan (Tauhid). Kompasiana. (http://filsafat.kompasiana.com/semua-manusia-bertuhan)

Ferien und Urlaub Deutsch Aufgabe



Name       : Anggraeni Dias Saputri
Klasse       : XII IPA 4
Nummer    : 01

Bali Urlaub

Mein Name ist Anggraeni Dias Saputri. Als ich war zwei Klasse in der Schule, Freunde und ich waren nach Bali gefahren.

Circa um 7 Uhr Morgen fangen wir von SMA N 1 Batang an. Reisen wir nach Bali für circa 24 Stunden oben Bus. Als reisen, wir sind sehr müde denn etwa 24 Stunden im Bus sitzen. Kommen wir in Gilimanuk, Bali circa um 5 Uhr Morgen an. In Bali, plötzlich das müde ist verschwunden. Haben wir in Bali 3 Tage für genießen Bali. In Bali, haben wir in einer Pension übernachtet. Dort besuchen wir einige tourist Attraktionen. Andere Dream Island, Sanur, Kute, Bedugul, und viele mehr. Haben wir spazierengehen, genießen die Atmosphäre von Bali, fotografieren und sehen die Balinesischen Tanz in der Garuda Wisnu Kencana. Vor gehen wir nach zu Hause, besuchen wir den Sukowati und Joger für einkaufen. Nach zufrieden Einkaufen, am Nachmittag gehen wir nach Batang zurück bei Buss. Kommen wir in Batang am Mittag.

Die Urlaub war sehrmüde, aber auch sehr glücklich und super!

Sahabat Rasul yang Dijamin Masuk Surga


Berikut ini 10 orang sahabat Rasul yang dijamin masuk surga :

1.         Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw. Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam, pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga didalam Quran, QS At-Taubah : 40. Abu Bakar Siddiq meninggal dalam umur 63 tahun, dari beliau diriwayatkan 142 hadits.

2.         Umar Bin Khatab ra.
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya. Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia memeluk Islam, ia menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya, Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.

3.         Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci) sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82 tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi’.

4.         Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Ali bin Abi Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Irak sekarang.

5.         Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.

6.         Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64 tahun.

7.         Sa’ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia 70 dan dikuburkan di Baqi’.

8.         Sa’id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecil, mengikuti semua peperangan kecuali Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish). Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi’.

9.         Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecil melalui Abu Bakar Siddiq dan mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan 75 tahun), dimakamkan di baqi’.

10.     Abu Ubaidillah Bin Jarrah
Masuk Islam bersama Usman bin Math’uun, turut berhijrah ke Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

Art Class ( Twelve Science )



2 Titik Hilang "Tugu"

 Satu Titik Hilang "Tugu"
ini fotonya nggak bener ini, kertasnya masih mleyot tapi difoto aja. Maklum amatiran, hehe. Bukan gambarnya yang miring lho... 

Maket "Tugu"
Ada cerita dibalik pembuatan tugu ini lho... Baca ceritanya..

Sindenrela lan Sendal Jepit ( Drama bahasa Jawa )




Sindenrela lan Sendal Jepit

Sindenrela kuwi gadis desa sing pinter nembang, suarane apik, parase ayu, seneng nulung, nanging uripe melasi. Ibu kandunge wis ngadep Gusti Allah. Sindenrela nduwe ibu kuwalon anyar lan nduwe sedulur kuwalon anyar jenenge Rahayu. Ibu tiri lan Rahayu mau senenge nyiksa Sindenrela nek langka bapake ing umah. Saben dina Sindenrela dipaksa kerja terus-terusan, nanging Sindenrela tetep sabar.

Sindenrela nduwe kanca jenenge Tukimin. Tukimin kiye wis dadi kancane Sindenrela kawit cilik. Mung karo Tukimin tok, Sindenrela gelem cerita apa bae, langka sing ditutupi. Apa maning masalah karo ibu tirine lan Rahayu, ora ketinggalan di ceritakake meng Tukimin.

Babak I
( esuk-esuk nang umahe Sindenrela )
Ibu tiri                   :  Sindeeeeen!!!! Sindenrela!!!” ( lungguh ing ngarep TV  karo kipas kipas )
Sindenrela          :  Dalem, Bu?” ( mlayu marani ibu tirine )
Ibu tiri                   :  Dolam dalem! Kuwe ora ndeleng gerabah numpuk-numpuk. Kumbaih siki!
Sindenrela          :  Ngapunten, Bu. Kala wau kan Ibu ndhawuhi Sinden supados nggirah agemane Ibu. Nah menika dereng...” ( Sindenrela durung rampung ngomong, wes dipedhot ibu tirine )
Ibu tiri                   : “Halah, aja nggawe alasan terus! Ibu ora arep ngerti, pokoke siki kabeh kudu rampung!
Sindenrela          :  Nggeh, Bu...” ( karo manthuk manthuk )
Rahayu                 :  Sindenrelaaaaa!
Sindenrela          : Dalem, Mba?” ( mlayu marani Rahayu )
Rahayu                 :  Kiye klambiku gosokake. Aku arep dolan karo kanca-kancaku. Saiki!” ( mbalangke klambi marang wajahe Sindenrela )
Sindenrela          :  “Nanging, Mba, anu menika Sinden ajeng ngumbah agemane Ibu lan ngumbah piring.”
Rahayu                 :  Terus aku kon mikiri? Gosokake klambiku, saiki! Nek ora aku omongna Ibu nek kowe ora gelem!”
Sindenrela          : Ampun to, Mba. Nggeh sampun Sinden gosokaken. Nenggo sekedap malih...” ( Sindenrela banjur cepet cepet nggosok klambine Rahayu )

Babak II
( Sindenrela nggosok klambine mbakyune karo nangis amarga nelangsa karo uripe sing saben dina dibeda-bedani nang umahe dewe. Sindenrela ora ngerti nek ana Tukimin teka lewat lawang mburi )
Tukimin                : Loh, Nden? Nangapa koh? Deneng nangis?” ( nyedhak marang Sindenrela )
Sindenrela          :  Rasaku kok kesel banget ya, Min. Aben-aben dikon nyambut gawe kayak kiye...” ( ngulapi iluhe kang netes )
Tukimin                : Sing legowo, Nden. Sing ikhlas.. Kabeh tindak-tanduke dewek mesti dibales karo Gusti Allah. Sanajan ora ngerti kapan wektune.
Sindenrela          :  Iya, Min. Apa kuwe sing nang tangan, sing kowe cekel?” ( karo nunjuk tangan tengene Tukimin )
Tukimin                :  Nah, tembe bae aku arep ngomong. Kiye mau ana undangan saka Jaka Sembung. Dadi Jaka Sembung kiye critane arep nganakake acara kanggo golek bojo.”
Sindenrela          : “Temenan apa kuwe, Min? Jaka Sembung sing umaeh nang desa sebelah kae, to?” ( kaget )
Tukimin                :  “Iya, Nden. Jaka Sembung sing kowe senengi kae. Mbog kowe tau cerita...”
Sindenrela          :  “Moso sih?”
Tukimin                :  “Halah...kuwe pipimu kok dadi abang? Hahahaha...” ( ngguyu ngledo Sindenrela )
Sindenrela          : Gara-garane kowe, Min! Ngledeki aku! Kan aku isin, to!” ( nutupe raine nganggo tangane karo ngguyu ngguyu dewe )
Tukimin                :  “Iya, iyaaa... Kiye undangane, masalah melu apa ora kuwe terserah. Sing penting aku wis ngabari kowe, Nden.”
Sindenrela          : “Aku sih kepengin melu, Min. Tapi aku ora ngerti ulih apa ora karo Ibu.”
Tukimin                :  Pamit bae karo Bapakmu wae nangapa?
Sindenrela          :  Bapak kan lagi kerja 2 minggu nang kota. Aku ya ora bisa matur maring Bapak.
Tukimin                :  Oh, yawis kowe nembung disit. Mengko aku dikabari ya. Aku arep bali disek. Assalamu’alaikum...”
Sindenrela          :  “Walaikumsalam...”
Rahayu                 : “Sindeeeen! Lagi ngapa sih, deneng suwe temen nggosoke!!
Sindenrela          :  Nggeh, Mba. Niki sampun rampung.
Rahayu                 : Jan, kaya kuwe tok be kesuwen! (njukut klambine)Loh, kuwe apa sing kowe cekel?
Sindenrela          :  Anu, Mba..anu...niki..eh...undangan.
Rahayu                 :  Kiye kan undangan acarane Jaka Sembung? Deneng kowe bisa ulih juga? Kowe arep melu apa? Hahahahaha. Aja ngimpi Jaka Sembung seneng marang kowe! Jaka Sembung kuwe seneng wong wedon sing kaya aku, udu kaya kowe!”
Sindenrela          :  “Tapi kan mboten salah to Mba, menawi Sinden nderek acara menika.”
Rahayu                 :  “Ibuuuu! Bu....!”
Sidenrela                : ( bingung Rahayu meh ngapa, wedi yen wadul ibune )
Ibu tiri                   : “Apa to? Kok bengok-bengok?
Rahayu                 :  “Bu, menika mireng mboten menawi Jaka Sembung ngawontenaken undangan pados garwa mangke ndalu?
Ibu tiri                   : Loh apa iya? Jaka Sembung sing gagah kae?
Rahayu                 : Nggeh, Bu.  Rahayu uga badhe nderek. Tapi moso Sinden nderek, kan lucu nggeh, Bu?
Ibu tiri                   :  Apa? Kowe arep melu? Ora ulih karo Ibu! Mung gawe isin tok mengko nang kana!
Sindenrela          :  Tapi, Bu... Mba Rahayu uga pareng nderek, moso Sinden mboten pareng?
Ibu tiri                   :  Sekali ora ulih ya tetep ora! Mengko bengi, kowe nang umah, resik-resik! Ibu karo Mbakmu sing mangkat! Titik!”

Babak III
( Mlebu wayah bengi Rahayu karo ibu tirine Sindenrela sibuk nganah-ngeneh kanggo persiapan menyang umaeh Jaka Sembung. Rahayu ditukokake klambi anyar sing apik banget. Sindenrela mung bisa ndeleng sanajan atine iri ndeleng kakange diistimewakake karo ibune. Sindenrela sing ora bisa melu mung bisa nelangsa karo resik-resik umah )
Sindenrela          : “Ya Allah, paringana sabar, paringana ikhlas...” ( Sindenrela ndonga karo nangis )
Tukimin                : Assalamu’alaikum, Nden, Sinden!” ( ngetok ketok lawang omahe Sindenrela )
Sindenrela          :  Walaikumsalam, mlebu bae, Min!
Tukimin                :  Nden, deneng kowe tesih nang umah?” ( bingung ndeleng Sindenrela kang iseh nyapu )
Sindenrela          :  “Aku ora ulih melu karo Ibu, Min. Aku didhawuhi nang umah bae resik-resik.
Tukimin                :  Wis mangkat bae saiki. Ayo karo aku mronone!” ( karo narik narik tangane Sindenrela )
Sindenrela          : Tapi nek aku dukani Ibu piye, Min. Aja ngawur kowe!” ( nguculke tangane kang ditarik Tukimin )
Tukimin                :  Ora, ora bakal diseneni. Wis ayo mangkat!
Sindenrela          :  Tapi aku ora nduwe klambi maen, Min...” ( ndeleng klambi kang dinggo dekne )
Tukimin                :  Halah, wis mbatin aku. Wong wedon genah iya koh, repot apa-apane! Geh aku wis nyelangake klambine mbakku. Dienggo rana!” ( nyerahke tas kresek kang isine klambi )
Sindenrela          :  “Tukimin pancen TOP banget. Matur nuwun ya, ora salah aku nduwe kancan kaya kowe, Min! Aku tak ganti disit ya...”
Tukimin                :  Iya, iya, cepetan!
Sindenrela          :  (metu saka kamar) Piye, Min? Wagu ora?
Tukimin                : Ayu koh, Nden. Apik lan pas nang kowe! Sumpah, kowe gawe pangling!” ( ngacungake 2 jempol tangane )
Sindenrela          :  Halah, ngapusi ya?
Tukimin                :  Ora kok, temenan. Wis ayo mangkat! Tapi tak boncengna numpak pit, piye?
Sindenrela          :  Ya ora apa-apa. Wis bisa mangkat kuwe wis Alhamdulillah. Aduh, aku kelalen aku ora nduwe sepatu, Min!”
Tukimin                :  “Loh aku juga ora nggawa. Terus piwe?”
Sindenrela          :  “Yawis ora masalah aku nganggo sendal jepit bae.”

Babak IV
( Sindenrela diboncengna Tukimin maring umaeh Jaka Sembung nang desa sebelah. Tekan umaeh Jaka Sembung )
Tukimin                :  Wis nganah mlebu, aku nang njaba bae. Mengko nek wis rampung parani aku nang pos ronda kae ya...” ( ngacungi pos ronda kang ana ing pojokan )
Sindenrela          :  Tapi aku isin mlebune, Min. Rame banget!
Tukimin                : Lah, ora apa-apa. Kiye kan acara bebas kanggo sapa bae. Wis nganah!”
Sindenrela          :  “Yawis. Matur nuwun ya, Min. Aku mlebu disit.” ( mlaku marang pesta ing omahe Jaka Sembung )

Babak V
( Sindenrela mlebu maring umaeh Jaka Sembung. Karo isin soale Sindenrela mung nganggo sandal jepit, padahal liyane pada nganggo sepatu apik. Tembe bae njagong kursi Jaka Sembung nyamperi Sindenrela )
Jaka Sembung   :  “Sugeng rawuh, Mba....?”
Sindenrela          : Sinden, Sindenrela.” ( karo isin isin )
Jaka Sembung   :  Sindenrela. Jenengmu apik, cocok karo parasmu sing ayu.
Sindenrela          :  Mas Jaka bisa bae...( raine Sinden abang amarga isin )
Jaka Sembung   :  Bisa ya, hehe. Sampeyan maring ngeneh karo sapa?
Sindenrela          : Karo kanca mau, Mas.
Jaka Sembung   :  Oh. Sindenrela mesti pinter nyanyi? Gelem ora nembang selagu kanggo ngramekake acara iki. Selagu tok...”
Sindenrela          :  “Anu...ora, Mas. Aku ora bisa nyanyi. Mbog malah tamune pada bubar nek aku nyanyi.”
Jaka Sembung   : Moso sih? Aku ora ngandel. Ayo nyanyi, dijajal sik.”
Sindenrela          :  “Ampun lah, Mas. Anu ora bisa...”
Jaka Sembung   : Ayo lah, selagu tok, Nden. Ya? Ya?
Sindenrela          :  Emm... Yawis, selagu bae ya.
Jaka Sembung   :  Cihuy...iya selagu. Ayuh munggah panggung cilik kae.” ( Jaka ngacungi panggung kang ana ing ngarepan para tamu )
Sindenrela          :  Iya, Mas.” ( Sinden mlaku enyang panggung )

Babak VI
( Sindenrela sing dipaksa nyanyi karo Jaka Sembung akhire gelem. Pas Sindenrela lagi nyanyi, ibu tiri karo Rahayu metu saka lawang mburi. Wong loro kiye mau ndeleng Sindenrela lagi nyanyi. Sindenrela juga ndeleng ibune karo Rahayu. Sindenrela kang ndhuwur panggung langsung pucet. Sawise Sindenrela nyanyi, Sindenrela mudhun saka panggung, langsung dicegat ibu tirine karo mbakyune )
Ibu tiri                   : Apa-apaan kowe nang kene! Ora krungu dhawuhe Ibu apa, hah! Wis wani siki?!” ( narik narik tangane Sindenrela )
Rahayu                 :  Bisa-bisane ana nang kene kowe!
Sindenrela          :  “Wau, kula, anu...
Ibu tiri                   : “Halah, aja kakehan alasan! Siki bali kowe! Sedurunge pada nyadar kowe nang kene. Cepet bali!” ( nyeret Sindenrela )
Sindenrela          :  “Tapi, Bu...”
Rahayu                 :  “Cepet rana! Ora usah kakehan tapi!” (ndorong Sindenrela)

Babak VII
( Sindenrela cepet-cepet arep metu saka umaeh Jaka Sembung. Tapi sedurunge tekan lawang, Sindenrela tubrukan karo Jaka Sembung )
Jaka Sembung   : Loh, Sinden? Arep ngendi? Deneng kesusu temen?
Sindenrela          :  Anu...aku...aku pamit, Mas. Aku arep bali, anu, aku ditunggu nang umah. Ngapurane ya, Mas.
Jaka Sembung   :  (nyekel tangane Sindenrela) Aja! Aja bali disit...
Sindenrela          :  Ora bisa, Mas. Aku kudu bali saiki.” ( nguculake tangane saka Jaka, banjur mlayu)
Jaka Sembung   :  Sindeeeen!
Sindenrela          :  Aja nyegat aku, Mas. Aku ora bisa suwe-suwe nang kene...
Jaka Sembung   : Udu, anu, kuwe sandal jepitmu ketinggalan.” ( nggojeki sandale Sinden )
Sindenrela          :  Assalamu’alaikum...
Jaka Sembung   :  Walaikumsalam...
( Sindenrela bali maring umah karo Tukimin sing gumun nangapa Sindenrela mung sedela tok nang umaeh Jaka Sembung. Apa maning Sindenrela metu ora sandalan )

Babak VIII
 ( Esuk-esuke, umaeh Sindenrela ditekani tamu sing ora diduga karo Sindenrela ibu tirine, lan Rahayu, amarga sing teka kuwe Jaka Sembung )
Jaka Sembung   :  Assalamu’alaikum...” ( ngetok tok lawang )
Sindenrela          :  Walaikumsalam...” ( buka lawang ) “Loh? Mas Jaka??
Jaka Sembung   :  Iya, Nden. Aku arep ana perlu.
Ibu tiri                   :  Eeeeh, ana Mas Jaka Sembung. Monggo, monggo mlebet! Mesti arep nggoleti Rahayu ya, Mas Jaka? Rahayuuu!!!”
Rahayu                 :  “Wonten menopo to, Bu?” ( metu saka kamar )
Ibu tiri                   :  “Iki loh, ana Mas Jaka nggoleki kowe.”
Rahayu                 :  “Moso? Apa iya, Mas?
Jaka Sembung   : “Ngapunten, Bu. Saestunipun kula dhateng mriki wonten perlu kaliyan Sindenrela. Sanes kaliyan Rahayu.
Ibu tiri                   : Oh, ngono? Ana perlu apa to? Kok sing digoleti Sindenrela?!”
Jaka Sembung   :  “Kula dhateng mriki sepisan kaperlu badhe wangsulaken sendal jepite Sindenrela ingkang katinggalan wonten griya kula. Kaping pindo, kula badhe ndadosaken Sindenrela dados garwa kula.”
Ibu tiri, Rahayu :  “Haaaaaah???????” ( kaget, mlongo )
Jaka Sembung   :  “Nggih, leres, Bu, Sinden, Rahayu. “
Sindenrela          :  “Mas Jaka lagi guyon apa pripun sih?”
Jaka Sembung   :  “Ora, Nden. Aku temenan arep nglamar kowe. Kowe nrima apa ora, Nden?
Sindenrela          :  Eh, mm, anu...” ( ndelokake ibu lan mbakyu tirine )
Jaka Sembung   :  Nden?
Sindenrela          :  Eh, i..iya, Mas...
Jaka Sembung   :  Alhamdulillah....

( Akhire Sindenrela digarwa karo Jaka Sembung. Sanajan ibu tirine lan Rahayu ora seneng, nanging bapake Sindenrela wis menehi restu. Sindenrela karo Jaka Sembung urip ayem lan tentrem adoh saka ibu lan mbakyu tirine )




JJJJ TAMAT JJJJ