Tuhan
mengajarkan kita banyak hal. Salah satunya, mempertemukan kita pada seseorang
hanya untuk mengenalkan kita, apa itu perasaan sakit.
Aku pun tersadar sesuatu. Sesuatu yang
dulu pernah membuatku terjatuh. Tentang sebuah perasaan yang semua manusia
pernah merasakannya. Tersakiti hatinya, oleh seorang laki-laki yang dahulu pernah
aku sayangi. Perasaan yang benar menyesakkan dada, hingga saat ku tertidur, aku
berharap bahwa apa yang aku rasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi. Atau, aku berharap,
bahwa dia, yang membuatku terjatuh, datang dihadapanku dengan senyum manis dan
berkata, bahwa apa yang dilakukannya saat ini hanya sandiwara, untuk mengujiku
seberapa kuat perasaanku padanya. Begitu seterusnya harapanku, angan kosong. Hingga
aku merasa seperti orang gila karena hal itu tak kunjung terjadi.
Dan akupun tersadar dari kegilaanku
itu. Bahwa inilah kenyataan yang ku hadapi. Aku terus berusaha menguatkan hati
untuk tetap tegar. Memasukkan segala macam motivasi dalam otakku hingga penuh. Menyibukkan
diri agar aku lupa apa yang terjadi. Tapi didalam hati yang terdalam, aku tetap
menginginkan kehadirannya. Selalu.
Sekarang aku telah sembuh dari
kagilaan itu. Bahkan bisa menertawakan kebodohanku saat itu. Ingat, Tuhan
melakukan itu sebagai pembelajaran untukku. Untuk saling menghargai satu sama
lain. Agar kita mengerti bagaimana rasanya disakiti, sehingga kita tak
menyakiti yang lain. Bukan sebaliknya.
Aku memang berniat melupakan, tapi
tak sedalam ini. Hingga aku lupa, kapan awal kita bertemu. Ataupun kapan
terakhir kita bertemu. Aku tidak benar benar berniat untuk melupakan itu, hanya
saja aku berdoa pada Tuhan, untuk mengistirahatkan hatiku yang letih ini, dari
segala macam perasaan berkaitan dengan lawan jenis. Terutama padamu.
Kini aku menyadari sesuatu, ada
yang hilang, sebuah kisah, yang entah apa. Aku tak lagi mengingatnya dengan
baik. Kubuka lagi pecahan masa lalu yang tertinggal, nihil. Kapan?? Aku terus
mengingat. Aku memang bukan pengingat yang baik, tapi mengenai perasaan,
harusnya lebih membekas. Jujur, tak kuingat kapan kita berpisah. Benarkah aku
telah benar-benar melupakanmu?? Mungkinkah karena ada seseorang lain yang lebih
menyita perasaanku??
Aku tak merindukanmu. Sungguh. Aku
hanya ingin merangkai kisah-kisah kelamku. Agar aku bisa tetap berdiri meski
hal yang sama mungkin saja akan terjadi lagi. Tidak. Aku tak mengharapkan itu
terjadi lagi. Semoga, sungguh kali ini aku tak ingin merasakannya lagi. Aku tak
ingin mengulang kesalahan yang sama, kesekian kalinya.
Semoga Tuhan medengar doaku..