Akan ada saatnya, dimana kamu harus benar-benar menyadari
bahwa hidup tak sepenuhnya seperti yang kamu harapkan. Kamu harus menyadari,
bahwa dia yang datang padamu tak bisa bertahan terhadap cobaan yang datang, tak
bisa lagi melindungimu lagi, tak bisa lagi ada untukmu..
Kamu mengagumi dirinya. Menyayanginya melebihi dari
yang seharusnya. Kamu selau menginginkan dia selalu ada untukmu. Menemani tiap
harinya denganmu. Menjagamu dari kegundahan. Mendengarkan setiap keluh kesahmu.
Dan selalu berusaha membuatmu tersenyum. Sosok yang selalu kamu harapkan kelak
akan mendatangi orang tuamu. Berharap bisa hidup denganmu lebih lama lagi..
Tapi mendadak senyum itu hilang. Kala dia tak lagi
mendengarkan apa yang kau ungkap, merasakan apa yang kamu rasakan, dan
menghapus air matamu dengan tangannya yang hangat. Bahkan, dialah alasan
mengapa kau menangis. Tapi dia tak lagi peduli padamu..
Dia pergi meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas. Kamu
berusaha tetap tegar. Dan berharap ini hanyalah mimpi belaka. Esok, ketika terbangun,
semua masih baik-baik saja. Kau dan dia masih berbahagia bersama. Tapi nyatanya,
kau tak sedang tidur, tak pula sedang bermimpi.
Handphone yang selama ini selalu berdering pun
mendadak bisu. Tiap detik kau melihat benda itu, berharap ada telpon darinya. Atau
pesan singkat saja, yang menanyakan bagaimana kabarmu, bagaimana harimu. Tapi dilayar
handphone tak ada namanya muncul. Tak satupun.
Kau berusaha melanjutkan hidupmu. Meski semua
terasa begitu berat. Melukiskan senyum palsu pun terasa berat. Makanan yang
paling menarik matamu pun tak lagi dapat mengalihkanmu dari lamunan tentangnya.
Kau lupa bagaimana rasanya lapar. Kau tak lagi mengenalnya..
Kau mencoba merebahkan tubuhmu. Mengistirahatkan pikiranmu
yeang lelah. Mencoba menutup mata, mencari hal-hal yang indah yang patut
dikenang. Tapi dia kembali muncul. Indah disana. Kau ingin segera membuka
matamu, agar kau segera tersadar. Tapi hatimu menolaknya. Hatimu menginginkan
dia tetap disana. Kau menyerah, membiarkan bayangan itu tetap disana. Perlahan air
mata itu mengucur deras dipipimu. Kau mulai membenci menutup matamu..
Tempat indah yang kau kunjungi perlahan menjadi
tempat yang menyanyat hati. Kau rasakan sesak yang teramat saat bayang itu
kembali muncul dalam pikiranmu. Semua hal yang kau sukaipun mendadak menjadi
hal yang kau benci. Semua hal mengingatkanmu tentangnya..
Kau berusaha menghibur diri. Mendengarkan musik
favoritmu. Tapi belakangan, bukan menjadi lebih baik, malah kau merasa tiap
bait lirik lagu itu mewakili setiap perasanmu kini. Sekali lagi, kau mulai
membenci hal ini.
Hari-hari yang kau lewatkan pun terasa semakin
gelap. Waktu yang biasanya berlalu terlalu cepat dengannya pun, kau rasa kini
berjalan terlalu lambat hingga tiap detiknya terasa begitu menyiksamu. Hal
apapun yang kau lakukan selalu mengingatkanmu padanya. Perlahan kau mulai
membenci kehadiran bayangnya. Hanya bayangnya. Hingga tanpa sadar, kau kembali
menitikkan air mata..
Kau menyadari betapa kau membutuhkannya. Kau merindukannya,
tapi tak demikian dengannya..