Harapan MPASI Normal di Usia 6 Bulan Harus Pupus
Tidak pernah terbayang sebelumnya, di usia 5 bulan berat badan bayiku hanya 5,9 kg, untuk tinggi badannya, angka ideal seharusnya sekitar 7,3 kg. Perasaan sedih, khawatir, bahkan bersalah bercampur jadi satu. Dokter spesialis anak (DSA) yang menangani bahkan sudah memberikan tanda “bahaya”. Jika kondisi ini terus berlanjut, dikhawatirkan bayi bisa mengalami kekurangan nutrisi. Saat ini pun status gizinya sudah masuk kategori “wasted” atau kurang gizi.
Akhirnya DSA menyarankan untuk memulai MPASI lebih awal di usia 5 bulan. Yah, meskipun biasanya MPASI baru dimulai di usia 6 bulan, dalam kondisi tertentu MPASI dini memang diperbolehkan, asal ada instruksi dari dokter. Hal ini dilakukan agar kebutuhan nutrisinya bisa tercukupi, karena jika hanya mengandalkan ASI dikhawatirkan tidak cukup.
Saya kemudian sempat merenung. Apakah ASI saya kurang, atau bahkan tidak bernutrisi untuk bayi saya? Sementara ada influencer yang mengatakan bahwa ASI adalah makanan terbaik, yang bisa menyesuaikan kebutuhan bayi. Katanya, ketika bayi sakit, ASI bisa otomatis mengandung zat yang membantu penyembuhan. Bahkan, ibu dengan kondisi ekonomi apa pun tetap bisa menghasilkan ASI yang bernutrisi. Namun, di sekitar saya ada saja suara-suara yang menyebut ASI saya “tidak bergizi”. Meski hanya terdengar samar, rasanya tetap menyakitkan.
Sejak saat itu saya sempat tergoda dengan berbagai produk ASI booster yang mengklaim bisa meningkatkan kualitas ASI. Hampir semua merk saya coba, tapi ternyata tidak banyak berpengaruh. Dari segi kuantitas, produksi ASI saya sama saja. Kalau soal kualitas, bayi saya tetap sulit menambah berat badan. Tidak seperti klaim booster yang katanya bisa membuat bayi lebih cepat gemuk.
Lalu saya mencoba menenangkan diri. Sudahilah perdebatan soal “ASI bergizi atau tidak”. Sekarang saatnya fokus pada pemenuhan nutrisi lewat MPASI. Lima bintang harus lengkap: karbohidrat, lemak, protein hewani, protein nabati, dan sayur.
Apalagi setelah tahu tentang status wasted ini, saya makin paham bahwa kondisi bayi tidak boleh disepelekan. Dalam istilah medis, wasting berarti berat badan anak terlalu rendah dibandingkan tinggi badannya. Dengan kata lain, tubuhnya terlihat lebih kurus dari standar seharusnya. WHO mendefinisikan wasting sebagai berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) yang berada di bawah -2 standar deviasi kurva pertumbuhan. Jika lebih parah lagi, di bawah -3 SD, maka masuk kategori severe wasting atau gizi buruk (Refensi: WHO Child Growth Standards, 2006).
Kondisi ini bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi dalam waktu tertentu, atau karena nutrisi tidak terserap dengan baik akibat gangguan pencernaan. Dampaknya pun serius: anak lebih rentan sakit karena daya tahan tubuh menurun, pertumbuhan bisa terganggu, dan perkembangan otak ikut terpengaruh bila tidak segera ditangani (Referensi: UNICEF Indonesia, Malnutrition). IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) juga menegaskan bahwa wasting adalah salah satu indikator masalah gizi akut pada anak yang harus segera mendapat penanganan. Anak dengan wasting harus dipantau pertumbuhan dan pola makannya, serta bila perlu dilakukan intervensi medis dan nutrisi lebih lanjut (Referensi: IDAI, Pertumbuhan Anak)
Karena itu, saya memilih untuk mengikuti saran dokter. Semoga dengan MPASI dini ini, kebutuhan nutrisi bayi saya terpenuhi. Semoga berat badannya perlahan mengejar idealnya, dan yang terpenting, tumbuh sehat. Semoga. Semoga. Semoga.