Get me outta here!

Ramadhan Didepan Mata



Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Senang sekali rasanya, ramadhan hampir tiba. Kenapa?? Karena ini adalah bulan penuh berkah, penuh pahala, perbuatan baik dilipat gandakan pahalanya. Sampai sampai seseorang yang tidur saat berpuasa pun dapet pahala. Subhanallah, Allah Maha Baik yah. Momen seperti ini memang jangan sampai terlewatkan dengan sia-sia, apalagi kalau diisi sama tidur saja. Iya sih dapet pahala, tapi kan nggak maksimal. Mending ya buat nglakuin apa gitu yang lebih bermanfaat lagi. Tidur aja dapet pahala, gimana kalau diisi dengan yang lebih baik??

Dari pahala yang gampang dicari itu, maka umat muslim didunia berlomba-lomba memperbanyak kebaikan dibulan ini. Yah kalo dipikir sih, harusnya berlomba kebaikan atau ngumpulin pahala sebanyak-banyaknya itu nggak cuma dilakuin pas bulan ramadhan aja, tapi bulan bulan biasa juga. Ya kan?? Hehe. Mungkin karena dilipat gandakan pahalnya, jadi pada semangat deh..

Nah, bulan Ramadhan kali inipun, mungkin menjadi bulan Ramadhan terakhir aku bisa buka puasa dan sahur bareng keluarga. Bulan Ramadhan tahun depan, mungkin aku bakalan sendiri kalau berbuka dan sahur, tanpa keluarga. Dikota orang pula, hiks.  

Alhamdulillah.. aku masih diberi kesempatan untuk merasakan bulan Ramadhan tahun ini. Terima kasih Ya Allah, atas karunia-Mu yang luar biasa banyaknya. Semoga, aku dapat senantiasa memperbaiki diri, sedikit demi sedikit menutup dosa dengan pahala yang diraih. Semoga, Ramadhan kali ini membawa berkah untuk semuanya, Aamiin.. :))

Dan sebelum berpuasa, biar afdol, biar mantep, aku mau minta maaf atas semua kesalahku yang disadari ataupun yang nggak aku sadari. Mungkin saat posting atau komentar di posting kalian aku sedikit nyentil atau nyinggung seseorang, maaaaafffff banget. Maafin segala kesalahanku ya sobat.. :))

Selamat berpuasa.. mari memperbaiki diri dibulan yang penuh berkah ini…

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Semaian Cinta dan Kasih Tuhan


Lama sudah aku tak bertemu sanak keluarga besar, tante, om, budhe, pakdhe, dan saudara sepupuku yang lain. Mereka hidup berdiri sendiri merantau di kota besar. Yogyakarta, Semarang, Palembang, dan lain-lain. Tak sering mereka pulang ke kota kecil ini. Aku sekeluarga dan nenek tinggal dikota ini. Dan akulah cucu nenek yang sering menemani kesendiriannya saat ini.

Aku merindukan adanya mereka, dimana ada keakraban dan canda tawa untuk berbagi. Tahun ini, entah mengapa mereka tak pulang. Aku masih bisa menahan rinduku pada mereka, tapi nenek?? Aku tahu. Orang yang sudah tua renta ini merindukan anak-anaknya, merindukan derap langkah kaki cucunya. Merindukan gema suara tawa riang mereka. Merindukan bisingnya tangisan mereka. Nenek merindukan mereka jauh dari aku merindukan mereka.

Nenek hanya ingin bertemu, barang dua tiga hari, pasti cukup untuk menutup kerinduannya. Apalagi lebaran hampir tiba, setidaknya pulanglah sejenak untuk menghapus kerinduan nenek. Mudik bahasa mudahnya.

Aku tatap wajah tuanya, hanya menatap kedepan, aku tak tahu apa yang dipikirkannya. Ah aku punya ide. Aku telpon salah seorang anaknya –tanteku, dan memintanya untuk sejenak saja meluangkan waktunya untuk berbincang dengan nenek. Kutatap binar bahagia menghinggapi wajah nenek yang nampak tua dimakan usia, hanya mendengar suaranya saja, ia bahagia. Aku ikut bahagia melihatnya. Ketika tante menyerahkan telponnya pada anaknya –cucu nenek, nenek tak bisa berkata-kata. Nenek mendengarkan suaranya baik-baik. Kerinduannya tak terbendung lagi. Nenek menangis. Hampir saja menjatuhkan telpon genggamku, secepat kilat aku menangkap benda itu. Nenek berjalan meninggalkanku. Suara ramai sepupu kecilku itu menyeruak keluar melalui benda digenggamanku, mengambang diudara yang hening. Aku menatap haru derap langkah kaki nenek yang terseok-seok pergi. Apakah aku salah??

Lebaran datang, mereka yang ditunggu tak kunjung datang. Mereka memang tidak datang. Dan apa aku tega memberitahu nenek?? Tapi kalau tidak mengatakannya, nenek akan terus duduk menunggu cucunya datang. Hanya hembusan angin yang datang menerpa tubuh ringkih nenek. Mereka takkan datang nek, kataku..

Setelah hari lebaran, badan nenek menggigil hebat. Badannya kaku. Akhirnya kami bawa kerumah sakit. Darah tinggi nenek kambuh. Aku hubungi semua keluarga, mereka berjanji akan datang, entah kapan. Semburat cahaya menerangi relung hatiku. Ada kebahagiaan kecil disana, mereka akan datang..

Hari itupun datang. Mereka datang satu per satu bersama keluarga kecil mereka masing-masing. Kutatap wajah mereka, tersirat sedikit kekecewaan dalam wajah itu. Bagaimana tidak, ibu mereka tergeletak lemah tanpa daya. Biasanya, ibu merekalah yang menyambut dengan suka cita dengan penuh semangat menyambut kehadiran mereka. Tapi kini, suka cita itu hanya dapat nenek pancarkan melalui senyumnya yang tertahan. Sunyi, hening dalam kamar inap nenek. Semua berduka, bersedih, menyadari kesalahan masing-masing. Nenek hanya merindukan anak-anaknya dan cucu-cucunya, itu saja. Dan kini kerinduan nenek telah terobati. Nenek, cepatlah sembuh..

Tuhan memiliki rencana yang indah….

Mungkin inilah cara Tuhan menyatukan kami. Sekali lagi, Tuhan tanamkan benih kasih sayang dan kepedulian diantara keluarga ini yang telah lama mati karena layu tak terjaga. Tuhan menyemainya untuk kami, dan semoga kali ini kami dapat menjaganya dengan baik. Terima kasih Tuhan....


Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani

Dewi Fortuna Ada Dimotorku


Beberapa tahun yang lalu saat aku duduk dikelas satu SMA, aku memiliki pengalaman yang menarik. Begini ceritanya….

Saat itu mulai gelap, sinar mataharipun mulai hilang. Aku dan teman-temanku hendak pulang sepulang dari kursus. Aku pulang bareng temenku yang searah. Kami bertiga saat itu. Anggap saja namanya Si Momo dan Si Popo. Kami mengendarai motor masing-masing tanpa SIM. Maklum, kami kan masih dibawah umur. Masih unyu-unyu, hehe.

Kami melewati jalan yang biasa dilalui, tapi kali ini jalanan nampak sepi. Heran. Mungkin saja emang waktunya sepi, sudah sore begini. Jadi kami tetap melaju sambil terkadang deselingi oleh percakapan kecil. Dipinggiran jalan, kami melihat beberapa gelintir orang berbalik arah. Mereka nggak pake helm. Mungkin tuh orang ada yang ketinggalan, pikirku.

Dari kejauhan aku melihat seperti ada kerumunan yang berpusat pada orang berpakaian hijau mentereng. Apa ada kecelakaan?? Ah. Nggak jelas ada apaan. Dekat, dekat dan semakin dekat. Baru jelas siapa itu. Rasa penasaran berubah jadi rasa khawatir. Polisi! Sial. Kami bertiga panik.

Motor Si Momo yang didepan sempat melambat dan berkata, “Santai aja, jangan panik mukanya. Udah deket juga, kalau balik arah ntar malah ketahuan. Biasa aja. Santai.”

Si Momo, aku dan Si Popo akhirnya tetap melaju santai, berharap nggak ada yang bakalan terjadi. Aku rileks. Santai. Kalau kena ya berarti aku kurang beruntung.

Kami atur barisan, jangan gerombolan naik motornya. Si Momo yang duluan, dia paling berani soalnya –mungkin. Aku ditengah. Si Popo minta dibelakang. Dia berpendapat kalau Si Momo dan aku ketangkep, mungkin dia enggak karena Pak Polisinya sibuk ngurusin aku sama Si Momo. Licik! Yaudah aku ngalah aja, kalau kena ya ikut sidang. Buat pengalaman. Aku penasaran juga soalnya kayak apa tuh sidang.

Perlahan kami melaju. Saat si Momo melewati kerumunan itu, tiba-tiba.. prit priiiiittttt… pak polisi menyuruhnya menepi. Sial batinku. Aku pasti kena nih. Muka Si Momo kelihatan bingung. Perlahan aku lewat. Pas aku melewati kerumunan dengan wajah sok acuh pada Si Momo. Pura-pura ngasih tatapan iba pada orang-orang yang kena tilang. Dan berhasil. Pak Polisi nggak niup peluitnya kearahku. Selamat. Aku lega.

Aku mulai melambat, penasaran apa yang terjadi sama Si Popo. Ikutan Si Momo atau aku. Priiiiiiiiiiiiiiitttttttt... Si Popo ikutan Si Momo ternyata. Cuman beda polisi. Dan aku baru nyadar kalau Pak Polisinya ada banyak. Bingung, aku celingukan sendiri jangan-jangan ada polisi ngumpet yang merhatiin aku. Dan ternyata nggak ada lagi. Bebas! Aku ketawa ketiwi sendiri. Si Momo yang ngasih saran malah ketangkep. Si Popo yang licik malah ketangkep. Hahahahahah..

Dari semua kejadian ini, dapat diambil beberapa hikmahnya. Si Momo dan Si Popo dapet pengalaman baru buat ikut sidang. Dan aku?? Nggak bisa nahan tawa sampai paginya inget kejadian itu. Sampai disekolah pun kami cerita mengenai kejadian ini. Beruntungnya aku.. Dewi fortuna ada dimotorku saat itu… wkwkw.

Kalau naik kendaraan kurang lengkap atributnya, atau belum punya SIM lebih baik hati-hati dan waspada. Kalau jalanan yang tadinya rame banget tiba-tiba sepi, atau banyak orang yang balik arah karena nggak pakai helm, bisa jadi itu tanda-tanda ada pak polisi nyari mangsa.

Nah, sekarang giliran aku udah punya SIM nih Pak Polisi. Malah jarang ada penertiban. Dulu aja, waktu belum punya SIM, Pak Polisinya rajin banget. Dimana aja ada. Tiap pertigaan, perempatan, perlimaan, dan yang seterusnya, ada Pak Polisi. Yah, pengalam yang unik..

Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Kinzihana.

Rencana Give Away



Assalamu’alikum.. moshi moshi..

Give away?? ­Hadiah gratis?? Apa?? Gratis?? Hari gini?? Siapa yang nggak mau coba..

Selama setahun terakhir ini, setelah gue kenal apa itu give away, gue jadi ketagihan buat ikut acara ini. Menurut gue sih, daripada ngeblogging nggak jelas, mending ikutan yang bermanfaat. Siapa tahu beruntung, bisa dapet hadiah cuma-cuma tuh, hehe.

Ikutan event kayak ginian bisa nambah pertemanan antar blogger, jadi saling kenal, asik kan tuh. Bisa saling berkunjung antar blog, komen-komenan juga. Jadi rame blognya. Kadang kala ada give away yang menyertakan karya sendiri seperti cerpen, analogi ataupun puisi, bisa ngasah kemampuan juga kalau ikutan. Apalagi kalau menang dapet hadiah pas event karangan, wuih.. bisa seneng banget. Artinya karangan gue bagus kan?? Gue juga pernah menang lho, hehe. Tentang analogi gitu.. judulnya “Sang Gelas dan Isinya”. Nah, itulah awal pertama gue ikutan give away dan alhamdulillah menang. Inilah momok asal mula gue seneng ikutan give away. Udah pertama kali ikutan, iseng-iseng, eh menang, wkwk. Bahagianya.. Dan menurut gue, yang paling penting, ikutan give away juga bisa jadi ajang eksis di dunia blogger dan memperkenalkan blog gue ini supaya tambah meningkat pengunjungnya.

Nah, dari semua manfaat ikutan give away tersebut, ini bisa jadi cara supaya blog kalian rame dikunjungi. bermanfaat kan?? Kalau beruntung, dapet hadiah pula, ckck.

Memang selama ini gue selalu ikutan event kayak gini, kalau nemu event give away, langsung ikutan. Tapi gue belum bisa ngadain give away sendiri. Maklum, usia blog gue belum matang. Kalau diibaratin kayak manusia, belum bisa jalan, cuma masih bisa merangkak meski kadang terseok-seok, ahaha. Blog gue masih unyu-unyu, masih polos. Nggak kalah polosnya sama gue, haha. Dan hal yang paling mendasar gue belum bisa bikin give away adalah masalah biaya. Maklum, gue masih anak SMA –untuk saat ini.

Tapi, insya’Allah, gue bakalan bikin give away saat blog gue ulang tahun nanti. Kira-kira bulan September tahun ini, atau mungkin tahun depan, hehe. Yah pokoknya pasti ngadain deh, kapan tepatnya, ditunggu aja yah. Kalian harus ikutan ngramein lho. Berpartisipasi, lumayan kan kalau dapet hadiah. Ntar hadiahnya yang keren-keren deh, don’t be worry guys! Dan semua ini nggak akan terjadi tanpa adanya doa dari kalian semua. :))

Wassalamu’alikum.. Bye... mumumu.. :*

Jadi Baik Bareng Bareng



Sorry ya kalau selama ini gue banyak bicara sok jadi orang yang suci. Tapi gue belajar dari pengalaman, kalau gue berusaha jadi orang baik sendirian, itu bakalan susah. Bakalan susah kalau gue jadi orang baik sendiri sedangkan sahabat gue sendiri malah jadi jahat. Gue nggak mau. Jadi gue ngajakin lo juga buat jadi orang yang lebih baik. Kita bisa saling ngingetin satu sama lain. Itu aja.

Misalnya aja nih, kalau lo lupa buat shalat, gue bisa ingetin lo. Tapi bukan berarti gue ceramah sama lo, gue cuma ngingetin, cuma nasehatin. Masalah lo mau shalat apa enggak, itu udah lepas dari tanggung jawab gue. Yang jelas, gue berusaha nyeret lo dalam kebaikan. Nah, ketika gue lupa buat nglaksanain kewajiban itu, gue mohon lo juga bersedia ngingetin gue. Bukan dengan nada ejekan atau sindiran, tapi dengan nada nasehat.

Sebagai seorang manusia, gue juga bisa khilaf. Begitu juga dengan lo. Jadi kita berusaha untuk saling berpesan dalam kebaikan. Begitu agama Islam mengajarkan kita….~

Berpesan dalam kebaikan, nggak mesti orang yang memberi pesan itu lebih baik kan? Kalau nunggu seseorang jadi baik dulu baru bernasehat, ntar malah orang yang mau dinasehatin udah nggak keburu lagi. Nggak sempet berubah maksudnya. Disini, kita belajar sama sama untuk jadi orang yang baik.

Lo jangan sakit hati saat gue nasehatin, jangan mencibir dan jangan ngomong yang nggak nggak dibelakang gue. Gue cuma ngingetin lo, cuma mau nyeret lo dalam kebaikan. Gue nggak akan nyeret lo dalam kebusukan. Tenang aja.

Bukannya gue sok atau ngrasa lebih baik dari lo, tapi ya sekali lagi gue bilang, gue maunya kita baiknya itu bareng bareng. Bisa bareng bareng masuk surga, Aamiin.

Islam mengajarkan kita untuk saling berpesan dalam kebaikan. Maka, kita harus saling menjaga karena kita saudara semuslim….~

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan saling nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
( QS Al-Ashr : 1-3)