“Don’t love too much, don’t trust too much, don’t
hope too much. So you don’t hurt too much.”
Terlepas dari dia, aku jatuh pada hatimu. Tapi sayang,
Tuhan tak memberi banyak waktu pada kita. Kamu tak bisa jaga hatiku baik-baik. Kamu
terlalu egois dengan hidupmu. Dan maaf, aku tak bisa bersama orang yang selalu
menggadang-gadangkan arti kebebasan mutlak. Berkomitmen untuk bersama, harusnya
setiap individu memiliki kepedualian satu sama lain, terlebih mengenai
perasaan. Meskipun aku bilang kau bebas melakukan kegiatanmu, bukan berarti kau
bisa seenaknya menginjak-injak perasaanku kan??
“If you love two people at the same time, choose
the second one, because if you really loved the first one you wouldn’t have
fallen for the second..”
Berharap kau lebih baik darinya, aku percayakan
hatiku padamu. Tapi ternyata aku buta. Sekali lagi, aku belum menemukan orang
yang tepat. Aku memang hidup untuk masa depanmu, tapi bukan berarti aku buta
dan tuli terhadap apa yang pernah kamu lakukan. Itu hanyalah masa lalu, aku
percaya bahwa setiap orang tidak semuanya memiliki masa lalu yang baik. Tapi,
dengan menutup rapat masa lalumu dan membuatku buta tuli dengan kisahmu, apakah
membuat hubungan kita baik-baik saja?? Kamu salah..
“Ketika seseorang memilih untuk sendiri, bukan
berarti tak ada orang lain yang masuk dalam hatinya. Hanya mungkin, dia pernah merasakan
kecewa karena berharap lebih kepada seseorang..”
Jujur saja. Aku sudah kembali lelah. Aku merasa
harus kembali menjadi seseorang yang tidak lagi percaya bahwa cinta itu ada. Aku
kenyang akan kekecewaan, dan ini sudah cukup sampai disini..
“The truth is you’re the reason I don’t believe in
love anymore..”
Dan mungkin, inilah yang terjadi padaku..