Lama
sudah aku tak bertemu sanak keluarga besar, tante, om, budhe, pakdhe, dan
saudara sepupuku yang lain. Mereka hidup berdiri sendiri merantau di kota
besar. Yogyakarta, Semarang, Palembang, dan lain-lain. Tak sering mereka pulang
ke kota kecil ini. Aku sekeluarga dan nenek tinggal dikota ini. Dan akulah cucu nenek yang sering menemani kesendiriannya saat ini.
Aku
merindukan adanya mereka, dimana ada keakraban dan canda tawa untuk berbagi. Tahun ini, entah mengapa mereka tak pulang. Aku masih bisa menahan rinduku
pada mereka, tapi nenek?? Aku tahu. Orang yang sudah tua renta ini merindukan
anak-anaknya, merindukan derap langkah kaki cucunya. Merindukan gema suara tawa
riang mereka. Merindukan bisingnya tangisan mereka. Nenek merindukan mereka
jauh dari aku merindukan mereka.
Nenek hanya ingin
bertemu, barang dua tiga hari, pasti cukup untuk menutup kerinduannya. Apalagi lebaran
hampir tiba, setidaknya pulanglah
sejenak untuk menghapus kerinduan nenek. Mudik bahasa mudahnya.
Aku
tatap wajah tuanya, hanya menatap kedepan, aku tak tahu apa yang dipikirkannya.
Ah aku punya ide. Aku telpon salah seorang anaknya –tanteku,
dan memintanya untuk sejenak saja meluangkan waktunya untuk berbincang dengan
nenek. Kutatap binar bahagia menghinggapi wajah nenek yang nampak tua dimakan
usia, hanya mendengar suaranya saja, ia bahagia. Aku ikut bahagia melihatnya. Ketika
tante menyerahkan telponnya pada anaknya –cucu nenek, nenek tak bisa
berkata-kata. Nenek mendengarkan suaranya baik-baik. Kerinduannya tak
terbendung lagi. Nenek menangis. Hampir saja menjatuhkan telpon genggamku,
secepat kilat aku menangkap benda itu. Nenek berjalan meninggalkanku. Suara ramai
sepupu kecilku itu menyeruak keluar melalui benda digenggamanku, mengambang
diudara yang hening. Aku menatap haru derap langkah kaki nenek yang
terseok-seok pergi. Apakah aku salah??
Lebaran datang, mereka
yang ditunggu tak kunjung datang. Mereka memang tidak datang. Dan apa aku tega
memberitahu nenek?? Tapi kalau tidak mengatakannya, nenek akan terus duduk
menunggu cucunya datang. Hanya hembusan angin yang datang menerpa tubuh ringkih
nenek. Mereka takkan datang nek, kataku..
Setelah hari lebaran,
badan nenek menggigil hebat. Badannya kaku. Akhirnya kami bawa kerumah sakit.
Darah tinggi nenek kambuh. Aku hubungi semua keluarga, mereka berjanji akan
datang, entah kapan. Semburat cahaya menerangi relung hatiku. Ada kebahagiaan
kecil disana, mereka akan datang..
Hari itupun datang. Mereka
datang satu per satu bersama keluarga kecil mereka masing-masing. Kutatap wajah
mereka, tersirat sedikit kekecewaan dalam wajah itu. Bagaimana tidak, ibu
mereka tergeletak lemah tanpa daya. Biasanya, ibu merekalah yang menyambut
dengan suka cita dengan penuh semangat menyambut kehadiran mereka. Tapi kini,
suka cita itu hanya dapat nenek pancarkan melalui senyumnya yang tertahan. Sunyi,
hening dalam kamar inap nenek. Semua
berduka, bersedih, menyadari kesalahan masing-masing. Nenek
hanya merindukan anak-anaknya dan cucu-cucunya, itu saja. Dan kini kerinduan
nenek telah terobati. Nenek,
cepatlah sembuh..
Tuhan memiliki rencana
yang indah….
Mungkin inilah cara
Tuhan menyatukan kami. Sekali lagi, Tuhan tanamkan benih kasih sayang dan kepedulian
diantara keluarga ini yang telah lama mati karena layu tak terjaga. Tuhan
menyemainya untuk kami, dan semoga kali ini kami dapat menjaganya dengan baik. Terima
kasih Tuhan....
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka
launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani