Beberapa tahun yang lalu saat aku duduk dikelas
satu SMA, aku memiliki pengalaman yang menarik. Begini ceritanya….
Saat itu mulai gelap, sinar mataharipun mulai hilang. Aku
dan teman-temanku hendak pulang sepulang dari kursus. Aku pulang
bareng temenku yang searah. Kami bertiga saat itu. Anggap saja namanya Si Momo dan Si
Popo. Kami mengendarai motor masing-masing tanpa SIM. Maklum, kami kan masih
dibawah umur. Masih unyu-unyu, hehe.
Kami melewati jalan yang biasa dilalui, tapi kali ini
jalanan nampak sepi. Heran. Mungkin saja emang waktunya sepi, sudah sore
begini. Jadi kami
tetap melaju sambil terkadang deselingi oleh percakapan kecil. Dipinggiran jalan,
kami melihat beberapa gelintir orang berbalik arah. Mereka nggak pake helm. Mungkin
tuh orang ada yang ketinggalan, pikirku.
Dari kejauhan aku melihat seperti ada kerumunan yang
berpusat pada orang berpakaian hijau mentereng. Apa ada kecelakaan?? Ah. Nggak jelas
ada apaan. Dekat, dekat dan semakin dekat. Baru jelas siapa itu. Rasa penasaran
berubah jadi rasa khawatir. Polisi! Sial. Kami bertiga panik.
Motor Si Momo yang didepan sempat melambat dan berkata, “Santai
aja, jangan panik mukanya. Udah deket juga, kalau balik arah ntar malah
ketahuan. Biasa aja. Santai.”
Si Momo, aku dan Si Popo akhirnya tetap melaju santai,
berharap nggak ada yang bakalan terjadi. Aku rileks. Santai. Kalau kena ya
berarti aku kurang beruntung.
Kami atur barisan, jangan gerombolan naik motornya. Si Momo yang
duluan, dia paling berani soalnya –mungkin. Aku ditengah. Si Popo minta
dibelakang. Dia berpendapat kalau Si Momo dan aku ketangkep, mungkin dia enggak
karena Pak Polisinya sibuk ngurusin aku sama Si Momo. Licik! Yaudah aku ngalah
aja, kalau kena ya ikut sidang. Buat pengalaman. Aku penasaran juga soalnya
kayak apa tuh sidang.
Perlahan kami melaju. Saat si Momo melewati kerumunan
itu, tiba-tiba.. prit priiiiittttt… pak polisi menyuruhnya menepi. Sial batinku.
Aku pasti kena nih. Muka Si Momo kelihatan bingung. Perlahan aku lewat. Pas aku
melewati kerumunan dengan wajah sok acuh pada Si Momo. Pura-pura ngasih tatapan
iba pada orang-orang yang kena tilang. Dan berhasil. Pak Polisi nggak niup peluitnya
kearahku. Selamat. Aku lega.
Aku mulai melambat, penasaran apa yang terjadi sama Si
Popo. Ikutan Si Momo atau aku. Priiiiiiiiiiiiiiitttttttt... Si Popo ikutan Si
Momo ternyata. Cuman beda polisi. Dan aku baru nyadar kalau Pak Polisinya ada
banyak. Bingung, aku celingukan sendiri jangan-jangan ada polisi ngumpet yang
merhatiin aku. Dan ternyata nggak ada lagi. Bebas! Aku ketawa ketiwi sendiri.
Si Momo yang ngasih saran malah ketangkep. Si Popo yang licik malah ketangkep. Hahahahahah..
Dari semua kejadian ini, dapat diambil beberapa
hikmahnya. Si Momo dan Si Popo dapet pengalaman baru buat ikut sidang. Dan aku?? Nggak
bisa nahan tawa sampai paginya inget kejadian itu. Sampai disekolah pun kami
cerita mengenai kejadian ini. Beruntungnya aku.. Dewi fortuna ada dimotorku saat itu… wkwkw.
Kalau naik kendaraan kurang lengkap atributnya,
atau belum punya SIM lebih baik hati-hati dan waspada. Kalau jalanan yang
tadinya rame banget tiba-tiba sepi, atau banyak orang yang balik arah karena
nggak pakai helm, bisa jadi itu tanda-tanda ada pak polisi nyari mangsa.
Nah, sekarang giliran aku udah punya SIM nih Pak
Polisi. Malah jarang ada penertiban. Dulu aja, waktu belum punya SIM, Pak
Polisinya rajin banget. Dimana aja ada. Tiap pertigaan, perempatan, perlimaan, dan yang
seterusnya, ada Pak Polisi. Yah, pengalam yang unik..
Tulisan
ini diikutsertakan dalam GA Kinzihana.