Aku Ingin Pulang, Tapi Aku Sudah Dirumah
Tuhan, jiwa ini terasa semakin rapuh, tak tahu harus bagaimana, kemana, dan apa. Aku merasa... menjadi dewasa itu begitu melelahkan. Terlalu banyak tanggung jawab, tuntutan, dan harapan yang datang bertubi-tubi, seolah tanpa jeda. Semua orang seolah menunggu aku kuat, tegar, dan selalu siap. Tapi di dalam hati, aku merasa kosong, hampa, tak berarti. Aku ingin pulang.
Akhir-akhir ini aku sering merasa sangat lelah, bukan hanya kelelahan fisik, tapi lelah yang rasanya sampai ke jiwa. Aku tidur terlalu banyak, tapi tetap bangun dengan perasaan lelah. Nafsu makan menurun. Bahkan aku tak lagi merasa lapar, aku makan hanya merasa karena aku harus makan. Hal-hal yang dulu bisa bikin aku tersenyum, sekarang rasanya hambar. Aku ingin pulang.
Kadang aku hanya duduk diam, termenung, tapi pikiranku berisik sekali. Seberisik itu hingga terkadang aku ingin berteriak, aku lelah ingin berhenti sejenak. Namun kemudian, aku merasa bersalah karena merasa lelah, karena tidak sekuat yang orang harapkan, karena ingin berhenti sejenak padahal tahu tidak bisa. Aku ingin pulang.
Di rumah dan dalam hubungan, bebanku terasa paling berat. Aku mencoba menjadi istri yang baik, ibu yang hadir, dan penopang ekonomi keluarga. Tapi siapa yang menopangku? Siapa yang memelukku saat aku lelah? Aku selalu memasang wajah berseri bahagia didepan anakku, membohonginya dengan topeng palsuku. Aku lelah dengan semua ini. Aku sadar... aku sudah terlalu lama menahan semuanya sendirian. Oleh karena itu, aku ingin pulang.
Ada hari-hari di mana aku merasa mati rasa. Bangun pagi bukan karena semangat, tapi karena harus. Aku menjalani hari seperti otomatis, mengurus, bekerja, bertanggung jawab. Tapi di antara semua itu, aku kehilangan sesuatu: aku sendiri. Siapa aku? Untuk apa aku hidup? Ah, aku ingin pulang.
Tidak punya tempat bercerita membuat semuanya terasa semakin berat. Kadang aku ingin ada seseorang yang cuma duduk di sebelah dan bilang, “nggak apa-apa kalau kamu lelah.” Tapi yang ada justru tuntutan baru, harapan baru, beban baru. Apakah normal, menginginkan pasangan yang lebih kuat daripada aku? Ah, tentunya pasanganku juga menginginkan hal serupa dariku bukan? Aku ingin pulang saja.
Tuhan, aku ingin pulang. Tapi saat ini, aku sudah dirumah. Lalu pulang seperti apa yang jiwa ini inginkan?
